Halaman:108 Pendekar Gunung Liang San Seri II.pdf/62

Halaman ini tervalidasi

jang ada sarangnja dan mengindjak-indjak untuk merusakkan sarang2 burung gagak itu,

Tio Sam memudji dengan rasa hormat: „Suhu, engkau amat kuat dan gagah aku tidak akan berani lagi bermain gila denganmu. Dan kami akan mengundjungi Suhu tiap petang untuk beladjar ilmu silat."

Lo Tie Djim; „Baik, baik, dan djangan lupa, sekali2 bawakan aku arak jang bagus."

Tio Sam dan Lie Shu Ay berbareng mendjawab;

„Baik, akan kami ingat pesanan Suhu." Lalu berpaling kearah anak buahnja dan mengadjak mereka pulang.

„Suhu, karena sudah lama, kami minta permisi."

Lo Tie Djim mengangguk2kan kepalanja jang gundul.

Demikianlah, sedjak saat Lo Tie Djim mendjadi pendjaga kebun, tanam2an dikebun itu tidak pernah ada gangguan maling² lagi. Ratusan pantjalongok itu telah sadar dan tidak berani lagi bermain gila apa lagi mentjuri atau merusak tanam2 an dikelenteng Tay Siang Kok Sie Tiangloo dan para teetjunja dapat hidup dengan riang gembira, dapat mengetjap hasil tanam2 annja.

Pantjalongok itu tiap petang pasti datang mengundjungi Lo Tie Djim sambil membawa arak dan makanan untuk bertjakap-tjakap atau beladjar silat. . . . . . . . . . . .

56