Halaman:108 Pendekar Gunung Liang San Seri III.pdf/27

Halaman ini tervalidasi

Liem Tjiong adalah seorang djudjur dan bersih hatinja, ia tidak pernah berpikir bahwa undangan untuk ia datang kemarkas Pek Hoo Tong ini adalah tipu muslihat untuk mentjelakakan dirinja.

Maka sedikitpun ia tidak berprasangka apapun.

Pagi hari itu Liem Tjiong berpamit pada istrinja sambil membawa pedang pusakanja.


„Moymoy, hari ini aku mendapat undangan untuk datang kemarkas Pek Hoo Tong, Ko Tjiangkun ingin melihat pedang pusaka jang baru kubeli beberapa hari jang lalu.

Siapa tahu moymoy, pedang pusaka ini akan menuntun kehidupan kita kedjalan jang lebih tjemerlang.“

Istrinja Liem Tjiong djuga tidak berprasangka apapun, iapun marelakan suaminja jang tertjinta pergi kemarkas Pek Hoo Tong.

„Koko, baik²lah didjalan, mudah2 an kehidupan kita makin tjerah. Adik menunggukabar baik. Selamat djalan......!“

Liem Tjong dengan langkah lebar menudju kemarkas Matjan Putih atau Pek Hoo Tong, sedang istrinja jang penuh kasih sajang tak lepas mengikuti dengan pandangan penuh harap pada suaminja jang berdjalan itu.

Makin lama makin tak kelihatan bajangan suaminja, namun istrinja masih sadja berdiri didepan pintu, se-akan² ia tak mau berpisah walau sesaat sadja.

Markas Pek Hoo Tong atau Markas-Matjan Putih, gedungnja besar dan tembok-

23