Halaman:20 tahun G.K.B.I.pdf/291

Halaman ini tervalidasi
Pembantu² : Moh. Djadjuli, Wirjosubroto, Hadisandjoto, Mawardi Rowi, Wirjoatmodjo dan R. Umar Sidik.
Badan Pemeriksa : Soeharto Ms., Pamudji Rahardjo, dan H. Chozin.

3. a. Tudjuan Berkoperasi:

Tudjuan berkoperasi pertama kali ialah: mempersatukan seluruh pengusaha batik di Ponorogo, menjelenggarakan kebutuhan bahan baku batik dan mentjarikan pemasaran batik anggota. Disamping tudjuan utama ini tudjuan kedua ialah mempersatukan seluruh pengusaha batik dalam satu organisasi dan melengkapi kebutuhan sendiri bahan baku batik.

Untuk mentjari kebutuhan bahan baku batik maka diutus Sdr. S. Ismail dan Wirjosubroto ke Jogjakarta menghadap Kementerian Kemakmuran dan mendapat sedikit bahan jaitu : indigo 50 %, tawas dan sedikit cambric. Usaha koperasi dalam zaman revolusi itu sangat terbatas sekali dan waktu pembentukan Gabungan Koperasi Batik Indonesia di Jogjakarta tanggal 18 September 1948, Bakti mengutus Sdr. S. Ismail dan Wirjosubroto. Selesai pembentukan GKBI, siangnja didengar pemberontakan Madiun jang didalangi oleh Partai Komunis Indonesia (P.K.I.). Utusan Bakti terpaksa mendapat kesukaran dalam perdjalanan pulang ke Ponorogo dan terhalang beberapa hari di Jogjakarta, Solo dan Madiun karena belum bisa langsung ke Ponorogo

karena pergolakan antara PKI dengan golongan jang mempertahankan kemerdekaan Indonesia, terutama golongan agama Islam. Setelah PKI dapat dipatahkan pemberontakannja, timbul agressi ke-II Belanda dan Ponorogo mendjadi daerah pendudukan. Kegiatan Koperasi waktu daerah pendudukan berdjalan biasa dan setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, maka tahun 1950 datanglah utusan GKBI buat mengadakan konsolidasi organisasi. GKBI diwa kili oleh K.H. Idris, A. Muslim. Waktu diadakan rapat organisasi GKBI di Jogjakarta dirumah Bapak Djajengkarso, Bakti diwakili oleh Moh. Djadjuli, Mawardi Rowi dan R. Muljono. Dalam perdjuangan pool batik Bakti aktip bersama-sama Primer lainnja dan djuga ikut membeli saham Batik Trading Company.

280