setelah balatentara Djepang menduduki Indonesia, sebagian besar burdjuasi nasional dan boleh dikata semua burdjuasi komprador mendjalankan politik bekerdjasama dengan Djepang. Burdjuasi nasional mendjalankan politik kerdjasama dengan Djepang, setelah mereka melihat bahwa kekuatan Rakjat melawan Djepang tidak begitu kuat dan mereka mempunjai ilusi bahwa Djepang akan memberikan „kemerdekaan” kepada Indonesia”.
Berkat pimpinan jang tak terputus sebandjang perdjuangan jang luarbiasa sulitnja ini, sebagaimana jang telah dilakukan oleh pimpinan Central Partai ketika itu, jang terdiri dari a.l. Pamudji, Azis, Sukajat, Widarta, Kadiman, Kamidjaja.
Kesimpulan dari periode perdjuangan dibawah tanah dan front anti-fasis, telah dinjatakan oleh Kawan Aidit, sbb.: „Walaupun semangat anti-Djepang dan anti-Belanda dari Rakjat meluap, walaupun prestise politik Partai sangat tinggi karena politik anti-fasisnja: jang konsekwen, walaupun situasi didalam dan diluar-negeri sangat baik untuk suatu Revolusi, tetapi tugas untuk menghadapi Revolusi jang meletus dalam bulan Agustus 1945 adalah sangat berat bagi Partai, karena Partai tidak menjimpulkan pengalaman²nja dalam tingkat pertama dan tingkat kedua mengenai front persatuan, dan karena masih tetap tidak berpengalaman dalam soal pembangunan Partai. Disamping itu Partai djuga tidak berpengalaman dalam perdjuangan bersendjata, sesuatu jang sangat diperlukan bagi Partai jang berada didalam Revolusi”. (Lahirnja PKI dan Perkembangannja).
43