Mendjelang serbuan tentara kolonial Belanda ini, pemerintah reaksioner Hatta melakukan pembunuhan² kedjam tanpa proses beratus-ratus Komunis dan kader² Rakjat lainnja di Ngalihan, Ponorogo, Malang, Magelang, Pati, Tjepu, Solo, Kediri dan tempat² lainnja lagi.
Dalam peristiwa jang berdarah ini, kaum Komunis telah menundjukkan kepahlawanan dan keteguhannja dalam membela kehormatan Komunis dan menegakkan pandji² Komunis. Dengan gagah berani Musso telah rela mengorbankan njawanja daripada menjerah kepada musuh. Beliau gugur dalam pertempuran di Ponorogo. 11 pemimpin² dan kader² penting di Ngalihan, Amir Sjarifuddin, Suripno, Maruto Darusman, Oei Gee Hwat, Sardjono, Harjono, Sukarno, Djokosujono, Katamhadi, Ronomarsono, D. Mangku, menutup achir hidupnja dengan njanjian Internasionale, sesaat sebelum penembakan didjalankan.
Begitu djuga dengan kepahlawanan kaum Komunis di-tempat² lainnja.
Kader² dan anggota² Partai dengan segala tjara, sesudah mengetahui datangnja serbuan tentara Belanda, dengan tekad jang kuat keluar dari kamp² tawanan, segera tampil kedepan membela Republik Indonesia di front² terdepan. Kenjataan jang demikian ini membuka mata Rakjat akan kepalsuan fitnahan² kaum reaksioner jang dilemparkan kepada PKI selama Peristiwa Madiun. Perlawanan PKI jang gigih terhadap tentara Belanda menaikkan prestise politik PKI dimata Rakjat.
Udjian² jang berat telah dilalui oleh Partai dengan banjak korban djiwa dari kalangan anggota dan kader² baik selama provokasi Madiun maupun didalam perang kolonial. Karena pukulan jang berat itu keadaan organisasi Partai sangat rusak, dikalangan anggota dan kader² Partai timbul suasana lesu dan kebingungan jang tidak bisa segera diatasi, walaupun CC tetap ulet berusaha menghimpun kembali kader²nja dan membikin hubungan dengan Comite² partai daerah.
58