Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/22

Halaman ini tervalidasi

- 18 -

Tetapi yang menarik ialah mencarinya malam hari dengan mempergunakan lampu stormking. Dinamakan 'menyuluh'. Malam hari biasanya belut itu keluar untuk mencari makan. Binatang itu terbelintang diatas lumpur sawah dan warnanya kekuningan. Nah, bila kelihatan pukul dengan parang, jangan keras sampai putus. Dengan mudah belut itu ditangkap. Kalau banyak dapat tak sadar kita bahwa sudah jauh merencah sawah-sawah dan sampai tengah malam.

Tetapi yang paling menarik ialah mengail belut. Pekerjaan ini hanya dilakukan oleh anak laki-laki. Jadi Lis hanya menceritakan saja yang Lis dengar dari uda dan kawan-kawannya.

Belut yang dikail itu ialah belut tebat. Pada umumnya belut tebat besar-besar lebih besar dari belut sawah. Ada yang panjangnya lebih setengah meter. Untuk mengailnya harus disediakan pancing yang kuat dengan talinya nylon yang kuat pula. Sebab belut tebat ini kuat sekali. Warnanya berbintik-bintik agak jijik kita melihatnya tetapi rasanya enak sekali.

Umpannya anak ikan kecil-kecil.

Setelah siap semua perlengkapannya barulah mulai 'operasi' mencari lubangnya. Belut itu membuat lubang di tepi-tepi tebat. Kita harus tahu mana lubang yang ada penghuninya dan mana yang kosong.

Rumput-rumput yang menutupinya di kuak-kuakkan supaya lubangnya kelihatan. Biasanya lubang itu terdapat di selasar tebat atau dipinggir tebat di tempat yang kering. Jika berjumpa 'pertempuran' sudah boleh dimulai.

Kail yang sudah ada umpannya dimasukkan kedalam liangnya kira-kira setengah jengkal. Kalau perlu dengan bantuan sepotong ranting. Pancing di putar-putar sambil mendeceh-deceh sebagai memanggil kucing. Maksudnya agar si belut keluar dari liangnya. Jika liang itu ada 'tuan rumah'nya dengan pelan-pelan ia akan muncul keluar dan demi melihat ada santapan dimuka lubang