Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/53

Halaman ini tervalidasi

- 49 -

tanah yang bewarna hitam. Disana sini ada juga berkelompok dahan-dahan kayu yang tinggi letaknya atau sebab-sebab lain sehingga tidak dimakan api.

Sudah dapatkah tanah itu ditanami kopi? Oh, belum. Perjalanan masih jauh, kerjanya masih banyak. Tanahnya belum bersih. Disana sini puluhan banyaknya berancungan besar kecil, panjang pendek tunggul-tunggul kayu. Kemudian sisa-sisa pohon yang terbakar hitam legam bergelimpangan sebagai raksasa yang roboh terbaring. Semuanya itu mesti dibersihkan sehingga dapat membuat lubang untuk menanam kopi.

Begitu pula pagarnya belum ada. Kalau tidak dipagar ternak penduduk akan leluasa berkeliaran kedalamnya dan binatang-binatang itu akan menginjak-injak bibit kopi yang baru ditanamkan. Usaha akan terbuang percuma saja.

Tetapi papa memang sudah merencanakan dan menyediakan apa-apa yang diperlukan. Pada suatu hari datanglah sebuah 'cigak beruk' (sejenis pedati kecil) membawa beberapa buah rol kawat berduri. Ada 12 rol semuanya. Panjang setiap rol 100 meter. Harganya satu rol: Rp 5.000.-

Bahagian yang akan dipagar, sebelah bawah yang panjangnya kira-kira 75 meter. Kemudian kiri kanan ladang mendaki ke atas dengan panjang kira-kira 100 meter. Pada beberapa bahagian tidak perlu dipagar sebab disampingnya terdapat jurang yang terjal ternak takkan sanggup juga mendakinya dan masuk kedalam ladang. Panjang yang tak perlu dipagar itu kira-kira seratus meter pula.

Nah, teman-teman silakan putar otak sedikit. Beberapa ha. kah luas ladang kami itu?

Sebuah persoalan lagi : Pagar kawat berduri itu dibuat tiga lapis. Cukupkah persediaan kawat berduri itu? Jika kurang berapakah kekurangannya? Berapa uang yang harus disediakan papa untuk