Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/7

Halaman ini tervalidasi

- 3 -

tiga Es Em Pe. Dan saya sendiri baru duduk di kelas enam Es De. Adikku bernama Ris baru masuk sekolah.

Tahukah teman-teman apa kepintaran saya yang pertama. Menari? Oh, bukan! Berenang? Ah, masa! Kepintaran Lis yang pertama ialah: ma...ma.... makan. Sewaktu masih bayi makan itu bernama menyusu atau menetek. Lama-kelamaan baru tahu makan nasi. Dan Lis kuat sekali makan. Kalau orang dewasa makan tiga kali sehari Lis sendiri kadang-kadang makan sampai lima kali sehari. Yaa, anak yang tak tahu aturan.

Dan untuk menyempal perut itu papa dan mak lah yang mencarikan. Papa waktu dulu,- sepuluh tahun yang lalu,- bekerja sebagai seorang pegawai Pemerintah. Dari hasil gaji papa lah kami hidup. Dan gaji papa itu cukup pas-pasan saja, malahan kurang. Tetapi untunglah mak ada mempunyai sawah di kampung. Hasil sawah itulah yang membantu.

Sudah terang sebagai anak, kami baru menyandarkan hidup kepada orang tua. Sekarang kami harus sekolah dulu. Kemudian sesudah dewasa baru bekerja pula. Tentu saja uda yang lebih dahulu bekerja nanti. Entah akan jadi apa, entahlah. Entah jadi pegawai pula seperti papa, atau sebagai saudagar, atau seorang petani. Atau mungkin nanti akan menjadi seorang.... menteri dan bahkan mungkin menjadi seorang.... presiden.

Yah, setiap manusia yang ber kemajuan itu asal mulanya tentulah duduk di bangku Sekolah Rendah juga. Tak mungkin lalu duduk di bangku Sekolah Menengah sekali. Ia harus mulai dari bangku Sekolah Dasar. Sekolah Dasar lah namanya. Semuanya mulai dari sini. Kecakapannya, ke uletannya, kepintarannya, keyakinannya, bakatnya dan banyak syarat lain lagi untuk membawanya kepada kedudukan yang tinggi. Dan ingat: belum tentu Sekolah Dasar itu ada di sebuah kota besar. Mungkin hanya di sebuah desa yang terpencil.