Halaman:ADH 0003 A. Damhoeri - Khautul Kulus.pdf/17

Halaman ini tervalidasi

-9-


 Bukan main kalutnya pikiran Ganim. Namun ia berusaha juga untuk dapat berlindung dari sesuatu bahaya yang mungkin saja muncul pada malam itu. Ia mencoba menghibur hatinya dengan mengatakan bahwa dinihari hampir datang dan sebentar lagi pintu kota akan dibuka. Semoga Tuhan melindunginya dan rumahnya tetap dalam aman-aman saja.


 Setelah mencari-cari beberapa lamanya Ganim melihat sebuah bangunan yang kokoh dan kelihatannya tidak didiami orang. Ia menuju bangunan itu yang memang tidak ber penghuni. Sebuah bangunan sebagai sebuah pintu gerbang besar.


 Dengan setengah meraba-raba sebagai orang buta Ganim memasuki bangunan itu yang rupanya bertingkat dua. Ada tangga batu untuk naik ke tingkat itu.


 Disana Ganim berasa aman. Ada pula sebuah jendela kecil untuk melihat-lihat arah kebawah. Beberapa saat Ganim bertelekan di ambang jendela kecil itu dan mencoba menembus malam yang taram temaram itu. Bulan sabit tergantung dilangit sehingga keadaan dapat di lihat walau samar-samar namun dapat membeda-bedakan apa yang dilihatnya.

B  eberapa saat barulah Ganim sadar bahwa lapangan yang membentang dibawa sana ialah sebuah kompleks permakaman. Mungkin sudah penuh atau permakaman tadi yang ditinggalkannya khusus untuk kaum saudagar di Bagdad. Pokoknya: soal itu ia tidak tahu, ia dapat merasa aman dari sesuatu bahaya dengan berlindung dalam bangunan itu ......

Ganim mulai ter kantuk-kantuk dihanyutkan berbagai khayalannya, ke ibunya, ke adiknya, ke rumah-