Halaman:ADH 0003 A. Damhoeri - Khautul Kulus.pdf/71

Halaman ini tervalidasi

- 62 -

Pendapat yang cukup cemerlang itu mendapat sambutan baik dari temannya. Berdua mereka mengangkat Ganim lalu di lemparkannya di pinggir jalan itu tanpa mempedulikan apakah orang itu masih hidup atau sudah mati. Lalu kembalilah mereka ke desanya.

Kebetulan tempat Ganim dilempar begitu saja di depan rumah seorang saudagar yang baru saja jatuh bangkerut. Ia mau pulang ke rumahnya ketika Ganim di lemparkan sebagai seonggok sampah oleh kedua orang tadi.

Saudagar itu memeriksa Ganim beberapa saat dan memegang urat nadinya dan dadanya.

"Masih hidup," bisiknya. Diperhatikannya wajah gelandangan itu. "Hai,...jangan-jangan,...." pikirnya lagi. Saudagar itu berlari-lari kerumahnya. Dengan dua orang khadamnya di pondongnya gelandangan itu dan disuruh sediakannya sebuah kamar kepada isterinya. Lalu gelandangan itu dibaringkannya diatas sebuah divan, diselimutinya.

"Untuk apa awak susah-susah membawa bangkai ini kerumah kita, jika dia mati disini kita 'kan repot," omelan isterinya.

"Jangan kau begitu lancang terhadap sesama makhluk Tuhan," bentak suaminya, "kita harus punya rasa kemanusiaan sesama makhluk Tuhan. Rawat orang ini baik-baik semoga Allah akan membalas kebaikan tuan-tuan...."

Maka dengan dibantu khadam dan isterinya Ganim di rawat sebaik-baiknya oleh tuan rumah yang baik hati itu sehingga keadaan Ganim menjadi agak baik. Ganim memang belum mati. Dia hanya lemah dan lapar.