Halaman:ADH 0008 A. Damhoeri - Pengawal Tambang Emas.pdf/43

Halaman ini telah diuji baca

- 39-

enau matanya salah lihat karena hari malam. Tetapi setelah diperamatikan sosok-sosok yang datang itu barulah berdiri dan meloncat masuk ke dalam pondok dengan teriakan yang keras:

" Hantuuuuu....!" Temannya membuntuti dibelakangnya setelah dilihatnya pula berdatangan makhluk-makhluk ajaib itu.

Dua orang yang sedang main terkejut pula dan melihat kepada kedua temannya serta bertanya:

" Ada apa?"

" Hantuuuu,..." sambil menuding keluar pondok. Masih kelihatan hantu itu membelok kearah yang lain. Mendayuk-dayuk, tinggi ber belang-belang. Ketiganya lantas terkejut pula, kartunya berserakan dilantai. ang sedang menyusun-nyusun perian ikut kaget dan malahan yang sedang tidur terbangun dan sambil menggosok-gosok mata bertanya apa yang terjadi.

" Ada hantu,... ada hantu datang......" teriak yang datang dari luar tadi. Mereka lalu berkumpul, memegang apa saja yang terjangkau, parang, linggis, sepotong kayu dan membentuk pertahanan untuk menghadapi bahaya yang datang itu. Tetapi mereka hanya bergerombol saja dan tidak ada kelihatan niat mereka akan melarikan diri meninggalkan temat itu. ereka bergerombolan saja sebagai sekawanan anak ikan mengitari pelita an menatap juga keluar kesegala pihak.

Dalam pada itu ketiga hantu tadi sudah berkumpul kembali. Masing-masing lalu menanggalkan pakaian hantunya. Tu' Layau yang mulai buka uara dengan nada kecewa besar:

" Mereka kelihatannya takut tetapi mereka tidak lari......"

" Kalau kita dekati lebih jauh mungkin kita akan dilempari mereka ata Intan Badaring. Kemudian terdengar suara-suara lain dari dalam pondok a suara-suara menyebut nama Tuhan, ada suara tahlil keras-keras dan ada ang membaca ayat-ayat dari Kitab Suci, semuanya dilakukan dengan suara keras. Ketiga hantu mendengar demikian, entah akan merasa geli, ntah akan merasa lucu atau merasa sakit hati, entahlah!

" Bagaimana lagi?" tanya Tu' Layau sebagai seorang sutradara yang ehilangan pamornya. Ia duduk diatas tanah dan tampak ia sangat kecewa engan permainannya yang gagal itu. Hanya Siberani yang tenang-tenang aja. Ia menghadap ke tengah hutan kearah pondok darurat mereka.

Malam semakin larut juga.