Halaman:ADH 0081 A. Damhoeri - Sebelum Minangkabau Berbenteng Adat.pdf/2

Halaman ini tervalidasi

-2-

Maharaja Diraja dan inilah keturunan yeng berketurunan di Minangkabau. Kedatangan raja ini diperkirakan beberapa abad sebelum Masehi.

Beberapa para ahli menerangkan juga bahwa bangsa yang kemudiannya sampai ke Minangkabau itu datangnya dari India. Mereka datang dari satu bangsa pengembara di Asia Tengah yang sampai di India dan ini terjadi kira-kira 600 tahun sebelum Masehi. Di India bangsa itu menjadi bangsa Wedda dan mengembara lagi arah ketimur dan sampai di Minangkabau dan ini terjadi kira-kira 2500 tahun sebelum Masehi. Kita tak tahu bagaimana kisah ekspedesi mereka dan berapa lama baru sampai dikaki gunung Merapi tetapi pada satu saat sampailah mereka di Labuan masuk daerah Tambago dan kemudian menurun lagi ke Guguk Ampang yang kemudian bertukar dengan Guguk Aceh.

Pada masa itu adat yang dikenal sebagai zaman sekarang belum dikenal dan belum ada. Sistim yang mengatur masyarakat bernama: Undang-undang Si mumbang jatuh, si Gamak-gamak dan Si Lamo-lamo".

Sebagai sudah diuraikan juga dalam artikel kita bahwa negari yang tertua yang mula-mula mempunyai sisten kemasyarakatan yang teratur ialah Pariangan Padang-panjang yang sebenarnya adalah dua buah negari yang disatukan namanya. Negari inilah dianggap tertua yang letaknya: Sehiliran batang Bengkawas, seedaran gunung Merapi. Seri Maharaja Diraja yang membentuk kerajaan pertama yang dalam kata-kata adat disebutkan: Pesemaian Kota Batu. Dan pusat pemerintahan itu di Galundi nan Baselo, disebelah Bukit Siguntang, di Batu Hamparan Putih, dibawah Banto Berayun, di Sawah Setampang Benih sampai di Bukit Tembusu Mudik.

Dinasti pemerintahan Datuk Segi Maharaja mendapat perubahannya dengan kedatangan " Rusa " dari laut sedang kedatangan Adityawarman dikatakan kedatangan "Enggang " dari laut. Siapakah yang dimaksud dengan rusa ini? Dalam tambo adat dikatakan kedatangan rusa itu: " Datanglah rusa dari laut, seletus bedil berbunyi, melompat ikan dalam laut, melenguh jawi dalam bajak, meringkik kuda dalan kandang". Dan rusa itu ialah seorang raya dari Palembang yang bergalar Sang Sepurba yang nama sebenarnya sepanjang tali beruk yakni: Sang Sepurba Tri Buana Mauliarnadewa atau Sang Sepurba Sri Tri Buana Raya Mauliawarman dan sampai ke Padang Panjang. Karena raja ini pakai pedang panjang diubahlah nama tempat itu dengan Pedangpanjang yang di Minangkabaukan padang jadi Padangpanjang. Raja ini diambil jadi semenda oleh Seri Maharaja Diraja dikawinkan dengan Puteri Indera Jati atau Puteri Indah Jelita. Dari perkawinan ini berlahir seorang putera yang bergelar Sutan Panduko Basa yang kemudian bergelar Datuk Ketemenggungan. Setelah wafatnya Sang Sepurba Indah Jelita atau Indera Jati kawin dengan Cati Bilang Pandai dan dari perkawinan ini mereka mendapat dua orang putera dan empat orang puteri. Yang seorang Sutan Balun yang kemudian bergelar Datuk Perpatih nan Sebatang, dan yang seorang Datuk Maharajo nan Banego-nego sedang nama kecilnya si Kalap Dunie.

Sesudah dewasa Datuk Ketemenggungan dan Datuk Perpatih nan Sebatang barulah adat Simumbang Jatuh, Sigamak-gamak dan Silamo-lamo itu diganti dengan adat yang baru. Team yang menyusun adat itu Ialah Datuk Suri Dirajo sebagai badan perancang dan penasehat Datuk Naharajo Dirajo, Sebagai kata pepatah adat: " Dibuatlah adat, dikaranglah undang, disusun tangkainya satu demi satu, lalu dipakukan ke Tiang Panjang.