na dijumpainya banyak bidadari yang berada di kayangan. Ia tidak tahu yang mana isterinya diantara bidadari-bidadari itu. Ia mencoba melihat satu demi satu, ternyata salah seorang bidadari di hinggapi oleh binatang kunang-kunang, sebagai petunjuk bahwa itulah isterinya. Benar saja dugaannya, memang dialah isterinya. Keduanya bersepakat hidup sebagai sumai isteri di kayangan dan meminta restu dari orang tua mereka. Isterinya menerangkan kepada Lahailote suaminya bahwa kehidupan di bumi berbeda dengan kehidupan di langit. Pada suatu ketika Lahilote melihat tanaman padi. Diambilnya segenggam dan dilemparkannya ke bumi. Padi itu bertumbuh di bumi yang menjadi makanan manusia bumi. Setelah bertahun mereka hidup di kayangan, Lahilote rupanya makin lanjut usianya. Pada suatu hari Lahilote sedang merebahkan badannya didekat isterinya. Tiba-tiba isterinya melihat rambut itu (uban) dan berkata kepada suaminya : "Suamiku, engkau sudah tua dan tidak bisa lagi hidup di sini". Keduanya memperlihatkan uban itu kepada orang tua bidadari. Akhirnya Lahilote ditolak ke bumi/jatuh. Tapak kakinya yang satu jatuh di desa Pohe Kecamatan Kota Selatan dan yang satu lagi jatuh di kaki gunung Bulihote (sekarang dinamakan Botu Liyodu yaang artinya Batu jejak yang terdapat di daerah Paguyaman Kabupaten Gorontalo.
C. SISTIM UPACARA.
1. Tempat upacara.
Penduduk masih beranggapan bahwa makam makam para orang sakti dahulu adalah keramat. Maam keramat tersebut dapat dijumpai di kecamatan Tapa (hubulo, pohuluto), didaerah pelabuhan Kotamadya (Ta'ilayabe), Kecamatan kotamadya Selatan (Jupanggola), di
44