Halaman:Aku Ini Binatang Jalang.pdf/11

Halaman ini telah diuji baca

Karena kesulitan menentukan mana versi yang lebih orisinal dan mana versi yang final menurut Chairil sendiri, guna kepentingan koleksi ini ditempuh cara lain. Cara lain itu demikian: bila ada sajak Chairil yang terdapat dalam dua versi, maka keduanya dimuat dalam koleksi ini. Akan tetapi, jika sebuah sajak terdapat dalam tiga versi atau lebih, maka yang dimuat hanya dua versi saja; dengan catatan: sajak yang mirip atau berdekatan dianggap sebagai satu versi saja.[1]

 Dengan cara ini, pembaca pun menjadi tahu adanya versi-versi sajak Chairil Anwar. Di pihak lain, diharapkan pembaca (a) ikut menentukan mana di antara kedua versi itu yang lebih bagus, dan (b) berhak pula menentukan versi mana yang akan dibacakan, dideklamasikan, ataupun dibicarakan. Di samping itu, khusus untuk para peneliti, adanya versi-versi ini membuktikan bahwa sajak-sajak Chairil Anwar masih terbuka lebar untuk distudi secara filologis.[2]

*

Sajak-sajak yang dimuat dalam koleksi ini hanyalah sajak-sajak asli Chairil, ditambah dengan dua buah sajak saduran.[3] Sajak-sajak yang tadinya tanpa judul, dalam koleksi ini diberi judul guna kepentingan praktis (misalnya untuk memudahkan pengutipan). Surat-surat pendek Chairil kepada Jassin — yang selama ini dikutip di sana-sini atau dimuat sepotong-sepotong[4] — juga dimuat secara lengkap dalam koleksi ini. Selain itu, disertakan pula bibliografi mengenai Chairil dan karyanya.[5] Sudah barang tentu bibliografi ini belum lengkap karena belum semua tulisan mengenai Chairil dan karyanya tercakup di dalamnya. Mudah-mudahan ketidaklengkapan ini bisa dilengkapi sambil jalan, lebih-



  1. Ini hanya untuk memudahkan saja. Juga tidak mungkin rasanya memuat semua versi sajak Chairil Anwar mengingat bahwa koleksi ini bukanlah suatu studi filologis.
  2. Hal ini juga pernah disinggung Teeuw, op. cit., hal. 26.
  3. Sajak-sajak terjemahan serta prosa-prosa Chairil Anwar lihat dalam H.B. Jassin (ed.), Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 (Jakarta: Gunung Agung, (1983).
  4. Lihat misalnya H.B. Jassin, Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei II (Jakarta: Gramedia, 1985), hal. 35-6 dan H.B. Jassin (ed.), Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45, hal. 138.
  5. Sebagian diangkat dari Jassin, Surat-surat 1943-1983, hal. 303-5, dan sebagian lagi dihimpun editor buku ini dari sana-sini.

xii