Halaman:Aku Ini Binatang Jalang.pdf/17

Halaman ini telah diuji baca

berusaha bertahan dengan jumlah maksimum enam kata. Variasi lain dari perluasan kuatrin-syair adalah sajak “Yang Terampas dan Yang Putus”: tetapi di situ Chairil memisahkan baris keempat dari setiap bait menjadi bait-sebaris tersendiri.

 Saya telah menekankan Chairil Anwar sebagai penerus tradisi persajakan sebelumnya. Minat sidang pembaca yang terlalu besar kepada sajak “Aku” atau “Semangat” misalnya, membuktikan bahwa mereka mungkin terlalu kerap menekankan peran penyair yang lahir di Medan pada tahun 1922 itu pada kemahirannya — mungkin juga pada kepeloporannya — menggarap sajak bebas. Di titik ini saya hendak menekankan bahwa sajak bebas pun sebuah konvensi, khususnya konvensi dalam khazanah puisi modern sedunia, dan dengan ini Chairil menyatukan dengan sastra dunia sezamannya.[1] Dengan kata lain, sajak bebas pun adalah hasil disiplin yang tersendiri. Pun dalam khazanah kita, Chairil bukan orang pertama yang mengerjakan sajak bebas; sejumlah penyair Pujangga Baru seperti Roestam Effendi, J.E. Tatengkeng dan Amir Hamzah pun sudah melakukannya. Demikianlah, dalam hal ini Chairil juga seorang pelanjut, bukan pelopor. Ia tentu menyadari kelemahan sajak bebas yang dikerjakan angkatan sebelumnya: “bebas” hanya sekadar tak terikat kepada bentuk-bentuk persajakan lama. Sajak bebas Chairil Anwar lagi-lagi adalah sarananya untuk menonjolkan tenaga kata. Dalam sajak bebas, berlangsung pemadatan radikal: bait bisa menjadi larik, bahkan larik pun masih bisa menyusut lagi menjadi kata. Dan fragmenfragmen padatan demikian seakan terlepas sendiri, mengambang, bahkan saling bertabrakan, justru untuk menegaskan keseluruhan bangunan sajak. Kita baca:

kepada L.K. Bohang

Kami jalan sama. Sudah larut
Menembus kabut.
Hujan mengucur badan.



  1. Chairil telah menerjemahkan, atau mencoba menerjemahkan, sajak-sajak bebas, misalnya, T.S. Eliot, Rainer Maria Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, Hendrik Marsman, E. du Perron, J. Slauerhoff. Lihat Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45. Dengan penerjemahan (dan penyaduran) ini Chairil menyerap modernisme dunia.

xviii