Halaman:Amai Cilako.pdf/16

Halaman ini telah diuji baca

paksakan makan agak sedikit, kuahi dengan kuah telur dan usus, cobalah agak sesuap dua suap, boleh ada tenaga anak kandung,” kata mandehnya duduk bersimpuh di hadapan anaknya, anaknya sakit terbaring, telah hampir sebulan lamanya, mendengar perkataan mandeh, kata itu tiada dijawab, dia tertelentang saja, di atas tempat tidur, badan kurus matanya besar, tulang dadanya dapat dihitung, disuapkannya juga telur berkuah, tapi hanya sampai dibibir saja, selebihnya dia tidak bisa menelan, mandenya menangis, air mata berlinang-linang, maka berkata suami, si Upik nan sedang sakit, baiknya ganti obat si Upik, sebelum hari tinggi sekali, pergilah mandeh ke rumah inyik dukun nan di ujung, bernama Inyik Maiti Kubang Putih,

Setelah diberi uang, empat ringgit nan diambilnya, di atas tikar berjalanlah si Rombok, sambil berkata kepada menantunya, nasi sedang diambil si Minah, makanlah sutan dahulu, setelah berkata berjalanlah, ia berselendang bugis hitam, berjalan tertatih-tatih, sambil memikirkan nan sakit.

Akan halnya Aminah, saudara kandung si Upik, diambil nasi lalu dihidangkan, kepada Sutan Sati, sambil berkata makanlah, Sutan nasi sudah terhidang, menjawablah suami si Upik, makan bersamasamalah kita kakak, dimana anak kita Nain, ajaklah ia makan ke rumah, menjawab si Minah kami tadi sudah makan, sedangkan Sutan Sati belum.

Kemudian si Minah melihat, anak satu-satunya ke halaman, bernama si Nain anak kandung si Aminah, dengan bapaknya Sutan Djamaris, bekerja sebagai juru tulis, Angku Kapalo badan masih sangat muda, tidak lama kemudian, Sutan Djamaris pulang dari kantor, begitu datang langsung duduk, bersila di depan si Upik, cobalah makan agak sedikit, Upik supaya tulangmu menjadi kuat, diusapnya kaki si Upik bak rasa memegang batang pisang, dingin saja kakinya, kaki kurus seperti mayit, tidak ada darahnya.

5