PERCERAIAN AMINAH DENGAN SUTAN JAMARIS
Barbangso sejak bercerai, tidak tahu apa nan akan dikerjakan termenung-menung saja seorang diri, teringat kebaikan Salima, mulai kelihatan buruk mandeh, suka menghasut fitnah, dan mangadu domba, ingin surut malu rasanya, anak kandung teringat juga, rasa tampak di ruang mata, daripada hidup berputih mata, baiknya berjalan ke Aceh.
Si Rombok duduk termenung sendiri, ke rumah Sutan Jamaris, mandeh melihat dengan sudut matanya, benci sekali ia melihat menantunya, malang si Minah bersuami, dua orang anaknya, seperti kerakap memanjat batu, hidup segan mati tak mau, konon orang makan gaji, umurnya panjang rezeki diatur pula, tidak sebaik rezeki Sutan Sati, setahun bersama terbeli kalung emas, kalau lama si Upik, mungkin sudah terbuat rumah bagus, terpegang pula sawah dan ladang.
Malang untung si Upik, singkat umur pertemuan, teringat baiknya Sutan Sati, uang banyak rajin pula, sampai memiliki anak dengan si Upik, entah seperti apa jadinya, melihat rupa Jamaris, dilayangkan pandang minantu ke rumah, si Rombok banci melihat menantunya, malang untung si Aminah, berkain tidak ada raginya, habis sehelai ganti sehelai, anak banyak rapat pula, tiap tahun beranak saja.
17