susah guru Dunia membujuknya, tiap dibujuk anak lari juga, benci kepada bapak tirinya, bapak naik ke rumah, ia menghindar ke halaman, begitulah perangai keduanya, semasa bersuami Sutan Muntjak, sifat anaknya sudah begitu juga, dibujuk tidak terbujuk, makin dibujuk makin takut, banyak orang berbapak tiri, tidak serupa cucu si Rombok, tidak suka melihat bapak tiri, sementara bagi guru Dunia, sayangnya hanya dilahir saja, sementara dibatin benci luar biasa, sayangnya hanya di mulut saja.
Orang tak sayang di cempedak
Sayang karena ditampuknya;
Orang tak sayang di anak
Sayang karena diibunya.
Selang sebulan dua bulan, tibalah kiriman dari Riau, berkirim Sutan Jamaris, untuk anak si Minah, anak kandung Sutan Jamaris, beribu-ribu kiriman, masa itu pulanglah si Nudin, dari Riau seperantauan dengan Jamaris, kelihatan oleh si Rombok di halaman, si Nudin sedang lewat, maka dipanggil anak tersebut, anak bujang muda belia, disuruh naik si Nudin, naiklah anak muda itu, masa itu orang tidak ada, guru Dunia sedang mengajar, bertanyalah si Rombok ke si Nudin, adakah bertemu Sutan Jamaris, janda lama si Minah, bapak si Upik nan berdua, kata si Rombok menanyakan, menantu lamanya, mendengar kata seperti itu, gelak tersenyum si Nudin, anak muda suka bergunjing, pandai bertutur minyak air, kata melambung ke atas, suka bercanda bermanis orang, menjawab si Nudin setentang, kepada tuan Jamaris, ia bekerja jadi polisi, menjaga barang keluar masuk, batasan Singapura banyak orang menyeludup, membawa barang seludupan, banyak dapat uang sogok, bergaji seribu sehari, sudah kaya tuan Maris, banyak uang di bank, mengenai tuan Maris, keras hati tetap pikiran, tidak beristri seumur hidup, entah kalau kembali, kepada kakak Minah, bertemu anak nan berdua, dibuat rumah nan bagus, dipancang sawah ladang, untuk anak dengan istri, sejak dahulu saya katakan, tidak saya akan beristri, kak Minah seorang istri saya, bercerai dengan kakak Minah, biar membujang sampai mati, ia juga pantun orang
59