Pinang, tercengang saja si Rombok, di sana banyak orang asing, banyak di situ orang Cina, uang bertukar dengan uang dollar, maka berjalan-jalanlah si Rombok, dicarinya Sutan Djamaris, bertanya-tanya ke orang, berkata orang Padang, setentang diri Djamaris, ia sedang di dalam tahanan, kalau mande mau melihat, boleh dibawa ke kurungan, mendengar kata demikian, susahlah hati si Rombok, lunak segala persendian, uang banyak habis berjalan, berjalan berempat beranak, tibo pula di dalam tangsi, meminta izin ke tukang kunci, ada sebentar antaranya, bertemu Sutan Djamaris, tampak anak berdua, tidak tertahan rusuh hati, air mata berlinang-linang, anak berdua dipeluk, kata anaknya pulang kita, melihat anak dengan bapak, berpelukan pingsan Aminah jandanya, terkejut orang nan melihat, menangis anak berdua, dipeluk ayah ditangisi, orang melihat menangis pula.
Berkata Sutan Jamaris, pulanglah anak dahulu, usah anak menangis juga, berkata beriba hati, hancur hati masa itu, bagai kaca jatuh ke batu, hancur tidak baik lagi, si Aminah tahu akan dirinya, menangis bersedih hati, sedih melihat jandanya, rusuh pikiran si Minah, bermenung-menung sendiri, nan susah benar si Rombok, uang banyak habis, uang untuk pulang tidak ada, dilepaskan gelang dengan subang, dijual ke toko emas, kalau tahu akan serupa ini, haram saya pergi kemari, menyesal benar si Rombok.
Anak andung ketitiran
Anak barabah melompat-lompat;
Anak dikandung berciciran
Yang dikejar tidak dapat.
Pada hari berikut, bertukar akal si Minah, mata liar merah menyala, gila senyum-senyum saja, dilawan berbicara gelak juga, serupa orang kemasukan, melihat rupa demikian, hilang akal mandehnya, tidak tahu nan diperbuat, kita dalam rantau orang, tidak kemana akan bertanya,
69