Halaman:Amerta - Berkala Arkeologi 3.pdf/54

Halaman ini tervalidasi
Batu Bertulis Talang Padang (Telukbetung)

ngan huruf dari prasasti-prasasti Raja Sindok dan Erlangga.

Mengenai bahasanya juga belum dapat diberikan ketentuan. Ada beberapa perkataan yang dapat dianggap dari bahasa Melayu-Kuno, misalnya kata-kata sahutan satanah, di (beberapa kali) dan mungkin gelar samgat yuru. Tetapi anasir-anasir penanggalan terutama pemakaian wuku (wuku kuningan) mengingatkan kami kepada prasasti-prasasti Jawa Kuno.

Dalam prasasti itu dapat pula terbaca perkataan çri hayi. Perkataan hayi biasanya dipakai untuk kedudukan yang lebih rendah dari mahârâya. Karena itu maka mungkin sekali prasasti itu berasal dari seorang raja bawahan.

Akhirnya dapat ditambahkan di sini bahwa ada nama sebuah dusun yang dapat terbaca dalam prasasti itu, ialah ”Huyung Langit”. Hanya saja pada waktu ini masih belum dapat diusahakan untuk mendapatkan kembali nama itu di daerah sekitar prasasti tersebut.

12. Pertulisan Talang Padang ( Teluk Betung).

Batu bersurat ini letaknya agak jauh dari Talang Padang, yaitu di dusun Batu Bodil (nama sebuah megalith yang sebenarnya tidak sangat berupa senapan dan kira-kira berukuran 3x1x0,80 m). Dekat batu bedil inilah letaknya prasasti itu, rebah di atas tanah dengan muka yang bertulisan ke atas (apakah muka yang di bawah bertulisan juga tak dapat diketahui, tetapi agaknya tidak). Ukuran batu ini adalah 1,85 x 0,72 x 0,55 m. Huruf-hurufnya k.l. 5 cm tingginya, banyaknya 10 baris. Di bawah bagian yang bersurat itu ada suatu bunga teratai yang indah, serupa takhta-takhta teratai patung dewa.

Meskipun huruf-hurufnya besar, namun bagian tengah batunya sangat usang, sehingga sekar sekali pembacaannya. Dari apa yang sudah dapat terbaca di tempat, ternyata bahwa bahasa yang dipakai untuk prasasti adalah bahasa Sansekerta (di baris ke-1 terbaca Namo Bhagawate dan diba-

49