Tidak hanya kekurangan dalam asupan gizi, mereka pun terbebani dengan berbagai aktivitas rumah tangga, sehingga seringkali mereka merasa lebih cepat lelah, hal ini sebagai 'efek samping' dari anemia yang mereka alami. Anemia tentu saja membawa implikasi yang lebih jauh, tidak hanya menyebabkan mudah lelah, namun juga menyebabkan bayi lahir secara prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah. Perempuan Madura umumnya telah disosialisasikan bahwa apapun kondisi mereka, mereka tidak boleh melepaskan berbagai aktivitas rumah tangga sebagai 'kewajiban' mereka. Mereka pun harus 'mengalah' pada suami dan anak-anak mereka ketika dalam asupan gizi meskipun mereka sedang hamil dan membutuhkan asupan gizi yang cukup. Perempuan Madura memang tidak memiliki posisi tawar yang bagus terhadap laki-laki Madura, baik ketika mereka sehat maupun sakit, baik ketika tidak hamil maupun sedang hamil.
Kesehatan ibu ketika hamil tidak hanya penting bagi bayi yang berada di dalam kandungan, namun juga bagi ibu itu sendiri, baik sebelum proses persalinan maupun sesudah proses persalinan. Salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah karena terjadinya pendarahan dan keterlambatan dalam proses pertolongan dari dokter atau tenaga kesehatan profesional. Pendarahan tidak hanya terjadi dalam proses persalinan, tapi juga terjadi sesudah melahirkan atau post partum. Pendarahan yang terjadi ketika masa persalinan dan masa sesudah persalinan dapat terjadi sebagai akibat dari buruknya gizi ibu hamil dan minimnya fasilitas medis yang tersedia ketika masa persalinan, hal ini umumnya terjadi karena persalinan ditolong oleh dukun atau tenaga media non-profesional.
Perempuan Madura, Terpuruk Dalam Kesehatan
Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, perempuan Madura adalah milik laki-laki sepenuhnya, mereka tidak memiliki posisi tawarAngka Kematian Bayi dan Persoalan 17 Kesehatan Ibu Hamil dalam Budaya Madura