Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/114

Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

mengirim cerpen dengan membawa-bawa nama pengarang “Robohnya Surau Kami” itu, sastrawan satiris itu malah menanggapi dengan gaya cemoohnya, kira-kira demikian, “Waang (Kamu) pengecut. Untuk cerpen yang bagus, tidak perlu membawa nama saya dan memang harus dimuat di koran Jakarta.”

Pada tahun 1973, Darman memimpin kelompok studi sastra Kerikil Tajam. Kelompok studi sastra yang berdiri atas saran Navis pula itu beranggotan orang-orang yang memiliki perhatian besar terhadap dunia sastra. Kelompok tersebut sering mengadakan kegiatan kesastraan yang berpengaruh kuat terhadap perkembangan kesastraan. Kerikil Tajam pun berhasil menjadi semacam wadah pembekalan bagi anggotanya untuk mengantarkan mereka kelak menjadi “pekerja sastra”. Kerikil Tajani mengukir sejarah tersendiri bagi perkembangan kesastraan Sumatra Barat, khususnya kesastraan Kota Padang. Sebagian besar anggota kelompok studi sastra itu akhimya menampakkan sosok mereka sebagai pekerja sastra yang berpotensi. Kedua belas anggota kelompok tersebut adalah Darman Moenir, A. Chaniago H.R., Asneli Luthan, Susianna Darmawi, R. Lubis Zamaksyari, Azwaldi Busando (nama pena Wall Paragoan), Yalvema Miaz, Harris Effendi Thahar, Sjahida Siddiq, Zulfikar Said, Tabah S. Rawisati.

Darman Moenir menyelesaikan sarjana muda sastra Inggris di ABA Prayoga Padang pada tahun 1974. Berbekal ijazah itu, Darman diberi kesempatan oleh A.A. Navis untuk menjadi guru bahasa Inggris di Ruang Pendidik INS Kayu Tanam, Sumatra Barat. Semenjak menjadi wartawan Haluan pada tahun 1975-1982, berkali-kali ia mengirim tulisan ke media cetak ibu kota, meskipun tidak seluruhnya dimuat. Majalah sastra Horison edisi 1 Januari 1975 pertama kali memuat dua puisi Darman yang berjudul “Shelly Kecil” dan “Kutak Simak Baris-Baris Gerimis” setelah dua tahun sebelumnya, Sapardi Djoko Damono (anggota redaksi) menyurati bahwa karya itu akan dimuat. Menyusul kedua sajak terdahulu, Horison edisi 3 Maret 1976 pun memuat puisi-puisi lain Darman. Lagi lagi atas prakarsa Navis, puisi “Shelly Kecil” diterbitkan dalam bentuk buku kecil di INS Kayu Tanam dengan judul yang diambil dari salah satu baris dalam puisi tersebut, yakni "Kenapa Hari Panas Sekali?"

A.A. Navis tampaknya memang orang yang memiliki andil besar dalam karier kepengarangan Darman. Navis pula orang yang memberi kesempatan pertama pada Darman untuk berkunjung ke Pulau Jawa, ke

102