Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/116

Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

kuliah kembali di STBA (Sekolah Tinggi Bahasa Asing) Prayoga, Padang. Ia menyelesaikan pendidikan Sarjana Sastra Inggris pada tahun 1989.

Semenjak tahun 1982 sampai tahun 1991, Darman menjadi wartawan lepas dan kolumnis yang menulis di berbagai media cetak, baik regional maupun nasional. Pada tahun 1992, Darman kembali menjadi editor dan wartawan tetap di surat kabar harian Semangat dan berakhir ketika surat kabar tersebut ditutup pada tahun 2002.

Karier Darman Moenir sebagai PNS berakhir pada tahun 2008 ketika tiba saatnya usia pensiun. Pensiun bukan berarti berhenti menulis baginya, ia tetap sastrawan dan budayawan yang berkarya di berbagai bidang kesenian. Ia tetap aktif sebagai penyair, cerpenis, esais, kritikus, dan partisipan kebudayaan Minangkabau yang dikenal di Indonesia dan mancanegara.

Sosok Darman Moenir sebagai sastrawan besar ditandai oleh karakternya yang khas, yaitu selalu serius dan ingin sempurna dalam mengerjakan sesuatu. Ketika memasuki perguruan tinggi, ia tekun mempelajari bahasa asing yang dipilihnya sebagai jurusan studi sebab ia sangat yakin bahwa dengan penguasaan bahasa asing sebagai bahesa kedua akan meningkatkan wawasannya terhadap dunia sastra yang ditekuninya. Darman tidak mau setengah-setengah dalam berbagai hal. Ketika menggarap suatu fiksi, baik cerpen maupun novel, Darman selalu melakukan perbaikan berkali-kali untuk sampai pada kesempurnaan yang memberinya kepuasaan.

Darman Moenir juga memiliki keunikan. Ia hanya akan mengirim tulisan kepada suatu media apabila ia sudah yakin bahwa karya tersebut akan lulus dari meja redaksi untuk diterbitkan. Artinya, ia tidak pernah membuat tulisan asal jadi. Hal itu dapat dimaknai sebagai kesungguhan Darman dalam menulis. Boleh jadi, hal tersebut pun menjadi penanda khas bagi Darman bahwa ia selalu memberikan yang terbaik yang ia punya untuk pembacanya dan ia juga orang yang bisa menebak selera calon pembaca (redaksi) dengan tepat.

Dalam buku yang disunting oleh Pamusuk Eneste, Danman Moenir menegaskan bahwa ia menulis dalam rangka mengkonkretkan yang abstrak dan semakin mengkonkretkan yang sudah konkret. Artinya, ia menulis yang benar-benar sudah dikenalinya, bukan yang dikenalinya setengah-setengah, atau yang dikenalinya secara sedikit. Menurut Darman, ia tidak pandai mengada-ada dalam menulis, “konyol”

104