Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/136

Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

langsung menjilapak, rebah.”
 Cerpen “Nyanyian Siang Nyanyian Malam” menyuguhkan tema kepasrahan menghadapi kehidupan. Amanat cerpen ini adalah bahwa kesedihan dan kebahagian akan datang secara bergantian, tidak dapat ditebak oleh manusia. Kesedihan tidak selamanya menimpa, demikian juga bahagia akan datang pula tiba-tiba dalam kehidupan setiap orang.
 Darman Moenir menulis kritik dan artikel dalam jumlah yang cukup banyak. Dua di antara kritik dan artikel tersebut ditelaah pada bagian berikut.


“3 Kumpulan Sajak, Sajak-Sajak Rusli Marzuki Saria”
 Artikel yang berjudul: “3 Kumpulan Sajak, Sajak-Sajak Rusli Marzuki Saria” (Study Grup Sastra Chairil Anwar) adalah tulisan Darman Moenir yang dimuat di surat kabar harian Kompas, tanggal 9 September 1975. Dengan gaya kritik yang tajam, subjektif, dan teratur, Darman membedah sajak-sajak Rusli Marzuki Saria dengan gaya tulisan yang teoretis, namun mudah dipahami. Darman Moenir memperlihatkan kemampuannya mengkomunikasikan pendapatnya secara tertulis kepada pembaca dan sekaligus memberikan pembuktian bahwa: Darman Moeni: adalah seorang akedemisi sastra yang kompeten dalam keilmuannya.
 Pada artikel tersebut Darman memberikan tanggapannya terhadap “3 Kumpulan Sajak Rusli Marzuki Saria” yang terbit tahun 1974, sebagai bagian dari kegiatan Grup Studi Sastra Chairil Anwar. Menurut Darman Moenir, sajak Rusli Marzuki Saria adalah sajak yang biasa-biasa saja, sentimentil, penyampaian ide yang mendesak sehingga hadirnya sajak sebagai sesuatu yang terpaksa. Sajak Rusli pun tidak memiliki kewajaran puitik, kata-katanya tidak memiliki daya gugah yang mengelitik, dan rata-rata miskin imaji. Dari Sajak-Sajak Parewa menurut Darman Moenir, parewa itu bisa jadi personifikasi Rusli sendiri yang dimaksud oleh teori Freud (psikolog yang teorinya dipakai untuk menganalisis psikologi sastra) sebagai perisau dan penggaduh. Darman Moenir tidak terlalu yakin bahwa parewa adalah personifikasi Rusli. Baginya mungkin saja wujud parewa adalah superego seorang Rusli Marzuki Saria yang tertindas dalam kesehariaannya dan lahir melalui puisinya.
 Kesimpulan tulisan Darman Moenir terhadap puisi Rusli Marzuki Saria adalah meskipun tidak mengkomunikasikan, tidak terlihat kekonstanannya dari era ke era, namun ia sangat produktif. Rusli Marzuki Saria adalah seorang penyair yang berbicara tentang alam dengan gaya

124