Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/142

Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

kelak akan menjadi warga pembaharu bagi desanya. Kemiskinan hidup tidak selalu menimbulkan kemiskinan kearifan dan wawasan. Tema cerita ini menganjurkan pentingnya ilmu atau pendidikan bagi setiap orang. Kemakmuran hanya dapat dicapai dengan ilmu, taraf kehidupan hanya didapat dengan keluhuran budi.

Tambo Minangkabau
 Karya ini merupakan alih aksara dari tulisan Arab ke tulisan Latin, alih bahasa dari bahasa Melayu Minangkabau ke dalam bahasa Indonesia. Karya itu (1985) koleksi pribadi Darman Moenir, dan tidak dipublikasikan,
 Tambo adalah cerita rekaan yang diyakini oleh masyarakat tradisional Minangkabau sebagai cerita yang “benar-benar” ada kejadiannya. Tambo malahan dianggap sebagai sejarah atau asal-usul orang Minangkabau. Tambo memulai kisah nenek moyang orang Minangkabau dengan menghadirkan nama Iskandar Yang Agung di Macedonia. Kisah berawal dari peristiwa banjir besar di zaman Nabi Nuh, dan kebesaran-kebesaran sejarah dunia yang lain.
 Tambo ditulis dalam aksara Arab dan berbahasa Melayu. Darman mengalihaksarakan dari aksara Arab ke aksara Latin dan mengalihbahasakan dari bahasa Melayu ke dalam bahasa Indonesia. Dengan penguasaan bahasa yang tepat Darman Moenir menyempurnakan wujud tambo dalam tulisan Latin dan bahasa Indonesia tersebut tanpa merusak keutuhan isi tambo.
 Darman Moenir patut diberikan penghargaan khusus karena sebagai sastrawan ia selalu taat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Darman Moenir adalah seorang yang selalu rajin mengikuti perkembangan bahasa Indonesia dan selalu belajar kaedah bahasa sesungguhnya. Jika kita membaca karyanya, dengan mudah dapat dipahami kandungan isi karyanya tersebut. Penguasaan bahasa yang baik membuat hasil karyanya menjadi karya-karya yang bersifat sangat komunikatif.

Tangrapan Pengamat terhadap Karya Darman Moenir
Wisran Hadi
 Wisran Hadi, seorang sastrawan dan budayawan yang terkenal kritis memberikan tanggapan terhadap karya-karya yang telah dihasilkan oleh Darman Moenir. Melalui koran Singgalang 28 Oktober dan 2 November


130