Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/144

Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

Atas kritikan Nashar, pada awalnya Darman berniat tidak akan lagi menulis untuk disayembarakan. Maka, lahirlah novel Dendang dan ia menulisnya dengan bahasa yang benar-benar terjaga sehingga ketika karya tersebut berada di tangan penerbit, Darman dapat bersikukuh bahwa karyanya tersebut tidak memerlukan suntingan lagi. Namun, godaan sayembara ternyata merupakan motivasi tersendiri bagi Darman dalam menulis sehingga ketika menulis novel Aku Keluargaku Tetanggaku, ia kembali mengikutkannya dalam lomba penulisan novel majalah Kartini, Jakarta (1987), dan memenangi lomba tersebut sebagai juara kedua.

Simpulan

Dari uraian mengenai riwayat hidup dan analisis terhadap karya Darman Moenir dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, Darman Moenir menjadi seorang sastrawan adalah berkat ayahnya memiliki banyak buku, membolehkannya membaca sesuka hati, dan minat bacanya yang memang tinggi. Selain itu, ia juga memiliki bakat menulis. Kebiasaan membaca berkait kelindan dengan kebisaan Darman menulis.

Kedua, pendidikan di SSRI makin membuat Darman lebih bergairah menulis akibat perkenalan dengan gurunya, Wisran Hadi, sastrawan besar Indonesia itu. Pertama kali sajaknya dipublikasikan adalah melalui majalah dinding di sekolah tersebut. Bersama-sama Wisran Hadi, ia menyemarakkan kegiatan kesastraan di Sumatra Barat

Ketiga, keseriusan Darman mempelajari segala sesuatu melalui bacaan makin memperkaya wawasannya dan menjadi modal baginya untuk menulis apa pun. Keseriusannya belajar di perguruan tinggi yang khusus mempelajari kebahasaan dan kesastraan juga menjadi fondasi baginya untuk semakin menekuni dunia tulis-menulis.

Keempat, dalam karier kepengarangannya, Darman banyak menulis berdasarkan pengalaman hidupnya sendiri, baik yang ditokohi dirinya atau manusia-manusia di sekelilingnya. Ia menangkap realitas yang dilihatnya, merenungkannya, lalu menuliskan secara imajinatif Mengikutsertakan karya pada sayembara sastra merupakan motivasi tersendiri bagi Darman. Uniknya, ia hanya mengirimkan karyanya ke panitia sayembara jika ia yakin bahwa karya tersebut akan menang.

Kelima, selain menulis berpuluh sajak, cerpen, kritik, artikel, esai, novel, karya terjemahan, dan laporan penelitian, Darman juga memperoleh beberapa anugerah sastra, Anugerah sastra bersifat132