Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/148

Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera

diambil oleh anak-anaknya dan jika anak-anaknya berada dalam keraguan, Gus berusaha memberikan ide ataupun pendapat guna mendapatkan jalan terbaik.
  Bagi Gus istrinya merupakan teman setianya di setiap kesibukannya. Isterinya adalah mediator (penghubung) ke khayalak pembaca ketika Gus baru saja menyelesaikan salah satu katya sastranya. Istrinya pembaca pertama untuk karya sastra terbaru yang dihasilkan oleh Gus. Gus beranggapan bahwa ibu (mami) dari tiga orang putera-puterinya ini mampu mewakili khayalak umum pembaca novelnya. Dengan kata lain, apabila sang istri mampu memahami jalan cerita dari tulisan baik itu novel atau cerita pendek yang ia tulis, yang ia tulis itu dapat diterima oleh masyarakat atau penikmat sastra.
  Laki-laki dengan penampilan yang sederhana ini setiap hari biasanya mengendarai sepeda menuju Pasar Ibuh untuk membeli salah satu koran nasional agar ia dan keluarga tidak tertinggal informasi yang terjadi di negeri ini. Dengan kasih sayang dan perhatian yang ia curahkan untuk keluarganya, Gus menjalani kehidupan rumah tangganya di daerah yang jauh dari ibukota provinsi Sumatera Barat. Mereka menetap dan membesarkan putra-putri mereka di Kota Nan Gadang, Payakumbuh, sebuah kota kecil yang berjalan sekitar 30 kilometer dari Kota Bukittinggi, Sumatera Barat itu. Di sana mereka memilih bermukim dan mendiami sebuah rumah sedrhana, di Jalan Sudirman, Gang Melayu Nomer 10/A, Balai Baru, Payakumbuh. Keputusan untuk menetap di Payakumbuh itu diambil sejak tahun 1996 ketika puteri keduanya berumur 10 bulan.
 Gus mengawali pendidikannya di taman kanak-kanak(TK). Gus yang masih kecil itu sangat akrab dengan teman-teman sebayanya. Setelah tamat dari Tk, Gus melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu di Sekolah Dasar Kota Nan Ampek, Payakumbuh. Pemuda cilik ini sudah senang membaca buku-buku cerita dan mulai menyenangi dunia sastra. Proses kreativitas dalam dunia tulis-menulis berkembang sejak ia masih kanak-kanak. Kesenangan dengan dunia sastra(tulis-menulis)mulai terlihat ketika ia yang masih berstatus pelajar di sekolah dasar menyenangi dan hobi membaca buku-buku sastra. Salah satu tempat yang paling sering ia kunjungi demi keinginan membacanya adalah Taman Bacaan Wen yang terletak di Kampung Cino(Kampung Cina) di Kota Payakumbuh. Di tempat itu, Gus kecil mengenal buku-buku sastra yang berbobot. Di usia yang belum genap dua belas tahun,

136