Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Melalui puisi ini, Gus ingin menyampaikan pesan kepada kita bahwa hidup ini mengalami perubahan dan mengalir. Kata “mengalir” yang dimaksud adalah kemampuan kita dalam menyikapi hidup kita sendiri dan mengaliri hidup kita dengan berbuat kebajikan. Betapapun jauhnya manusia berjuang, pada akhirnya ia akan kembali ke asalnya.
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Kata hanya... yang menggantung di ujung kalimat puisi “Bola Salju” pada bait kedua menunjukkan betapa teguhnya keyakinan sang penyair akan dirinya. Selanjutnya: //dalam cinta, kita serahkan diri kepada apa saja/dalam nurani, kebajikan akan tetap abadi./kumpulkan mereka, simpulkan mereka:/lalu...”hanya kewajiban.'”//. Frasa “hanya kewajiban” yang ditempatkan dalam dua tanda petik semakin mengagumkan kita betapa besarnya kearifan sang penyair serta betapa pentingnya kita untuk selalu mampu bersifat dan bertingkah laku tenang dan menempatkan dalam diri dan keseharian hidup kita. Pada akhirnya itu semua akan mengantarkan kita kepada kesadaran diri kita tentang kehidupan di dunia ini hanya sebagai tempat persinggahan: /di bumi, kita menginap dan berziarah/setiap membersihkan ruang, ruang/dalam rumah, aku digamit dan/digamit: untuk istirahat/.
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Oleh karena itu, menurut Gus lebih baik berbuat kebajikan karena kebajikan tetap bernilai abadi. Tidak ada guna untuk bertindak serakah karena keserakahan hanya akan membuat hidup kerohanian kita sengsara dan juga di alam keabadian nantinya, “di bumi, kita (hanya) menginap dan berziarah,” tulis Gus. Lalu pada akhirnya kita akan didera rasa capek dan penat serta ingin istirahat, bahkan istirahat untuk selamanya di alam yang telah disediakan oleh Allah Swt. Secara tidak sengaja, ada beberapa kebijaksanaan yang ditawarkan oleh Gus kepada kita, yaitu mengapa
kita terlalu merisaukan perubahan yang datang hingga menimbulkan kontroversi, padahal kematian jauh lebih penting untuk dipikirkan dan perlu adanya persiapan untuk menyambutnya karena memang itulah hal yang paling penting. Pada suatu saat nanti, kita akan lebih sunyi dan Satu-satunya yang akan menolong kita adalah Allah Swt dan iman: “kebajikan, kembang yang tidak pernah layu”, kata Gus tf pada salah Satu sajaknya.
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Novel yang telah ditulis Gus tf (Sakai) sejak awal kepengarangannya sampai sekarang dan telah diterbitkan dalam bentuk buku ada lima. Tiga dari lima novel tersebut merupakan novel remaja yang diterbitkan oleh penerbit yang sama, yaitu PT Gramedia Jakarta. Ketiga novel itu adalah Segi Empat Patah Sisi (1990), Segi Tiga Lepas
157