Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/175

Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat


sebab cerita belum berakhir.
Ben, novelet remaja dengan tebal 88 halaman ini diberi catatan pengantar oleh kritikus sastra H.B. Jassin. Ben mengisahkan pertentangan dua generasi dan pandangan antara orang tua dan anak yang selalu tidak sama, bahkan acap kali bertentangan. Ben adalah seorang siswa sekolah menengah tingkat atas. Ben memutuskan memilih jurusan A4 (menitikberatkan pada bidang studi bahasa dan budaya), tetapi ketika ia mengutarakan keinginannya itu pada ayahnya, ternyata ia tidak mendapat restu. Keyakinan ayah Ben adalah Ben tidak akan memperoleh apa pun pada jurusan yang dipilihnya itu. Hal itulah yang menjadi dasar utama tidak terpenuhinya keinginan Ben. Ayahnya menginginkan Ben memilih jurusan ilmu eksakta, tetapi Ben tetap pada keputusannya karena jurusan yang dipilihnya tidak ada di sekolahnya dan juga sudah langka di sekolah lain. Ben mengalihkan pilihannya pada jurusan sosial (A3), namun ayahnya pun tetap tidak menyetujui rencana Ben sehingga ia tidak lagi mempedulikan Ben. Sebagai siswa SMA, Ben memang mengagumkan karena ia mengenal Albert Camus, Hemingway, Steinbeck, Kawabata, Sionil Jose, dan karya-karya mereka. Ia memang berbeda dengan siswa SMA lain yang pada umumnya mempunyai pengetahuan yang sangat minim mengenai karya sastra, sastra, dan seni. Sewaktu Ben terpilih sebagai juara umum di sekolahnya, ayah Ben enggan untuk hadir menerima penghargaan atas keberhasilan putranya. Hal itu merupakan sesuatu yang aneh bagi teman-temannya. Pandangan aneh dari teman-temannya inilah yang menjadi motivasi bagi Ben yang tidak mau “diprogram” oleh ayahnya, seperti yang dialami oleh tiga orang kakaknya.
 Persoalan serius yang harus dihadapi Ben adalah ia sudah ditunangkan sejak kecil oleh ayahnya dengan keluarga teman sepermainan di masa kecilnya, yaitu keluarga Pak Ridwan, Ben dilanda kegelisahan dan kegalauan karena ia belum pernah berkenalan dengan tunangannya itu. Ben hendak menolak pertunangan itu. Sewaktu keluarga Pak Ridwan, calon mertua Ben, datang ke rumah, Ben mengikuti kemauan ayahnya. Ia menerima kunjungan perdana calon mertuanya itu. Ben sangat kagum dengan kelebihan yang dimiliki oleh Yulia yang semula dikira Ben sebagai calon tunangannya. Ha! itu terlihat dari ucapan Ben pada Martin sahabatnya bahwa Ben ingin menerima pertunangan itu. Namun, dugaan Ben keliru karena Yulia bukanlah calon tunangannya. Ben ditunangkan dengan adik Yulia, Yaya yang secara fisik mengalami

163