Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/176

Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat


cacat di kakinya. Ketika mengetahui ihwal sebenarnya, Ben bisa menerima keadaan fisik calon tunangannya itu dan ia merasa amat tertarik dengan kepribadian yaang dimiliki oleh gadis tersebut. Sebaliknya, ayahnya kembali tidak menyetujui karena ia tidak mau Ben mendapat calon istri cacat.
 Itulah cerita yang disampaikan oleh Gus dalam novel ini. Gus tf Sakai yang sudah mulai menulis sejak ia berusia tiga belas tahun dan telah menulis sejumlah novel, novelet, dan cerpen yang bagus dengan gayanya yang khas. Walaupun dia menulis untuk kaum remaja dalam buku Seri Pengarang Remaja Gramedia, namun dia tidak terhanyut dengan gaya penulisan yang cengeng. Dalam karya ini sangat jelas terlihat pertentangan dua generasi dan pandangan antara orang tua dan anak selalu tidak sama, bahkan sering bertentangan. Hal itu jelas tergambar pada tokoh Ben dan ayahnya. Ben yang ingin memilih jurusan A4 ditentang oleh ayahnya karena menganggap Ben tidak akan mendapatkan ilmu di jurusan itu, sedangkan menurut Ben, “Di sana kita akan berkenalan dengan manusia dan seluk beluknya. Memahami kehidupan, kemasyarakatan, dan...” (hlm.19)
 Tokoh Ben sangat mengagumkan karena ia mampu berpikir logis. Untuk menyelesaikan pertikaian dengan ayahnya, Ben berusaha mengambil jalan tengah. Ia tetap memenuhi obsesi ayahnya untuk berbesan dengan Pak Ridwan dan Ben memilih Yaya sebagai pendamping hidupnya, bukan Yulia. Namun, hal itu ditentang oleh ayahnya. Pertentangan antara ayah dan anak ini memang belum usai karena cerita ini juga belum selesai, seperti yang diungkapkan oleh H.B. Jassin dalam catatan pengantar buku ini.
 “Dalam novel ini, Gus berusaha mengemukakan persoalan kehidupan dan mencoba untuk menyiasatinya. Gus tidak menjawab persoalan yang dihadapi Ben dengan memberikan solusi, lazimnya karya sastra lainnya yang berakhir dengan happy ending. Gus membiarkan Ben (tokoh utama) “berteriak” dalam diam ketika menghadapi dan menerima keputusan sang ayah. Hal itulah yang membuat pembaca tertipu dengan menyangka cerita akan berakhir bahagia, namun ternyata sebaliknya. Persoalan serius dan berwawasan yang disampaikan Gus dengan kata-kata ringan, enak, dan komuniktif, tanpa harus menggurui dapat terlihat dari novelet Ben dan “ditangkap” sebagai suatu makna yaang tersirat. Bagaimana orang tua tidak mau dan tidak mampu memahami pikiran, perasaan, kemauan, kehendak, minat, dan cita-cita


164