Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/178

Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat


objek. Perempuan adalah tokoh yang selalu dikalahkan dan terpinggirkan. Ia mengalami penderitaan secara fisik dan psikis serta terkungkung oleh adat dan kebiasaan yang sulit diubah. Sosok perempuan yang demikian dapat dijumpai dalam novel awal Indonesia, seperti Azab dan Sengsara, Sitti Nurbaya dan Layar Terkembang. Sosok perempuan yang demikian juga dapat kita temui dalam cerpen Gus yang tergabung dalam antologi Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (KCPB). KCPB memuat 14 cerita pendek yang semuanya telah dipublikasikan pada sejumlah media masa dan sebahagian besar dari cerpen dalam antologi itu menghadirkan perempuan sebagai tokoh utama. Kata perempuan bahkan dihadirkan sebagai bagian dari judul.
 Cerpen “Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta”, sebagai judul buku antologi itu, berkisah tentang seorang perempuan yang ditemui oleh seorang lelaki tua pencari rotan di pinggir hutan. Seorang perempuan muda, berkulit halus, dan berwajah terang bagai bercahaya, namun matanya buta. Ja sosok perempuan yang menarik, namun kebutaan perempuan tersebut tentu merupakan suatu kekurangan meskipun diimbangi dengan kemampuan yang lain yang cukup mengagumkan. Perempuan ini rnampu menebak umur orang yang ditemuinya hanya dari helaan napas sehingga dengan pasti ia dapat menyapa pencari rotan tersebut dengan sebutan "Pak Tua”. Ia juga mengetahui bahwa pencari rotan tersebut menyandang buntalan dan mengingatkan bahwa sesuatu akan tercecer atau jatuh dari buntalan tersebut dalam perjalanan Pak Tua itu. Perempuan buta ini juga menyapa seorang lelaki separo baya yang ditemuinya dengan sebutan “Abang Pemburu”.
 Tokoh perempuan juga ditemukan dalam cerpen “Santi” pada antologi KCPB. Cerpen itu bercerita tentang penderitaan sosok Santi, seorang perempuan yang scdang melamar pekerjaan. Santi adalah seorang gadis yang menjadi tulang punggung keluarga setelah kematian ibunya walaupun ayah kandungnya masih hidup. Bagi Santi, Ayah merupakan sosok yang menakutkan bagai hantu. Ayahnya mantan pekerja pabrik yang enggan mencari kerja lain. Ia seorang pemabuk yang tenggelam dalam komunitas malam di pelabuhan. Cerpen ini menampilkan sosok ibu sebagai perempuan yang didera penderitaan. Meskipun masih bersuami, ia adalah pencari nafkah tunggal dalam keluarga, Lebih jauh lagi, ibu harus menyediakan uang rokok untuk ayah. Salah satu faktor pernicu kematian ibu adalah tekanan batin yang selalu dialaminya saban hari. Setelah ibu meninggal, perlakuan yang

166