Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/184

Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat


tentang istri yang kesepian karena suami memilih persahabatan, serta ibu rumah tangga yang kebingungan dan merasa bersalah terhadap pembantu rumah tangganya.
 Pada subbab keempat, pengarang melangkah ke problem psikologis dalam lingkungan sosial, bahkan dialog antaretnik. Cerpen “Pahlawan” dalam bagian ke empat ini memberikan isyarat perjalanan kreatif pengarang menuju antaretnik. Gus menyajikan suatu persoalan, menghindari pelabelan, evaluasi, apalagi penghujatan. Dengan cara seperti itu, Gus berhasil menampilkan cerita yang menumbuhkan simpati tanpa adanya unsur pemihakan.
Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta merupakan hasil pengalaman dan kemampuan pengarang dalam menjelajah dunia tulis-menulis (proses kreatif). Kepekaan visual Gus terwujud dalam bentuk deskripsi yang disajikan dengan sedetil-detilnya tentang gerak, rona, bahkan ruang batin tokah-tokohnya. Pengalamannya sebagai pengarang remaja Gramedia muncul dalam teknik penyusunan alur yang tertata dengan baik, mengalir dengan lancar, dan menggugah rasa ingin tahu pembaca meskipun persoalan yang disajikan sangat kompleks. Dengan menggunakan bahasa yang padat, imajinasi yang liar ditampilkan melalui monolog batin yang kaya akan inspirasi. Berbekal itu, Gus mengantarkan kisah cerpennya dalam bahasa puitik yang berasal dari relung batin tokoh-tokoh sunyi dan terasing. Itu semua menggugah kita untuk melakukan sebuah perenungan.

Tanggapan Kritikus terhadap Karya Gus tf Sakai

 Gus tf Sakai menerima penghargaan sastra SEA Write Award pada tanggal 7 Oktober 2004 dari Putra Mahkota Thailand. Gus yang menjelajahi puisi, cerita pendek, dan novel ini dapat dikategorikan sebagai sastrawan kontemporer yang menggali inspirasinya dari khazanah lokal.
 Tentu saja bukan karena menggali ilham setempat yang menjadikannya hadir sebagai sastrawan besar. Nilai terbesar yang ada dalam karya-karya Gus adalah eksplorasinya terhadap bahasa bercerita. Ketika para pengarang lain menggunakan bahasa hanya sebagai alat pengungkap atau pembawa ide, Gus mengolah bahasa secara kreatif sehingga bahasa tidak sekadar dipakai sebagai pengungkap atau pembawa ide cerita.
 Berikut ini pernyataan esais Goenawan Mohamad tentang

172