Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/192

Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

intens sehingga Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta menjadi antologi yang “ajaib”. Karya ini mengantarkan penulisnya meraih Penghargaan Sastra Lontar, Penghargaan Buku Terbaik dari Pusat Bahasa, dan kini membawa Gus tf Sakai meraih penghargaan SEA Write Award, sebuah penghargaan sastra bergengsi untuk Asia Tenggara.
 Pengajar Fakultas Sastra Universitas Andalas itu berpendapat bahwa Gus adalah “Seniman Petualang”. Petualang ini berkaitan dengan tiga hal. Pertama, berkaitan dengan proses kreatif. Proses perjalanan merupakan ruang yang subur bagi proses kreatifnya sehingga banyak sajaknya yang lahir saat ia berada dalam perjalanan. Kedua, karirnya di dunia kesenian. Gus memasuki dunia kesenian melalui seni rupa, kemudian sajak, novelet, cerita pendek, dan novel. Pada setiap halte perjalanannya, Gus menorehkan jejaknya. Torehan itu berbentuk prestasi yang diraihnya melalui berbagai sayembara penulisan dalam berbagai genre sastra maupun melalui penerbitan karyanya. Ketiga, petualangannya tersebut mendapat tempat khusus dalam karya-karyanya, khususnya untuk sajak. Petualangan Gus dalam sajak-sajaknya muncul melalui bentuk narasi, simbolik, dan tema.
 Etnik Minangkabau dikenal sebagai bangsa yang suka merantau, bahkan dorongan untuk merantau itu disediakan dalam sistem sosial mereka. Merantau bukanlah sekadar mengunjungi wilayah dan budaya lain. Tradisi itu merupakan cara pengembangan diri sehingga keberhasilan perantau diukur dari usaha dan kemampuannya untuk mengambil manfaat dari proses perantauan. Wilayah rantau merupakan ruang belajar dan ujian proses kehidupan seorang laki-laki. Karenanya, kemampuan mengambil manfaat dari proses perjalanan merupakan hal yang penting. Satu hal yang menarik adalah pernyataan Ivan yang menyebutkan Gus adalah “perantau yang tak pergi”. “Meskipun senang melakukan petualangan, Gus bukanlah seorang perantau”. Gus tidak pernah cukup lama berada di luar daerah asalnya untuk berjuang hidup. Akan tetapi, merantau dan petualangan melibatkan perjalanan, perpindahan, pergerakan, dan proses yang justru mendapat perhatian dalam karya-karya Gus tf. Perantauan yang dilakukan oleh Gus bukanlah perantau fisik saja, namun lebih dari itu, ia melakukan perantauan intelektual dan mental. Gus melakukan pilihan yang unik dalam hidupnya dan keluarga yang dicintainya. Secara fisik, Gus tetap tinggal di Payakumbuh, kampungnya, akan tetapi secara mental dan intelektual ia sudah melakukan perantauan yang jauh. Melalui karya sastranya, Gus

180