Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/195

Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

ke luar rumah, ke luar kampung, atau pergi ke daerah lain memeragakan kepandaian dan keterampilan yang telah kita miliki. Masyarakat “urang awak" ini, katakanlah di Sumatra Barat, mempunyai “kekhasan” dalam hal menghargai orang lain. Misalnya, betapapun hebatnya kita, tetapi Jika hanya memperlihatkan kehebatan itu di daerah kita sendiri, belumlah hebat dalam pengertian yang sesungguhnya. Memang dikatakan juga hebat, tetapi dalam konotasi yang lain, “iya hebat dia, namun di kandangnya saja”. Urang awak akan menganggap kita “bertuah” atau “hebat” apabila pengakuan itu datang dari orang lain yang bukan berasal dari daerah Sumatra Barat.
 Tidak demikian halnya dengan Gus tf Sakai. Ia adalah salah satu dari sastrawan yang mengukuhkan dirinya dari kampung halamannya tanpa ada keinginan untuk menetap di luar daerahnya. Gus merupakan satu di antara segelintir sastrawan yang menolak anggapan bahwa seniman ataupun sastrawan akan lebih mungkin berhasil apabila merantau ke ibu kota, sementara di negeri tempat ia dilahirkan tidak akan dihargai. Lebih dari satu dasawarsa ia menghabiskan waktu dan umurnya dengan melahirkan karya sastra yang cukup terkenal. Anggapan bahwa sastrawan lebih berhasil jika hijrah ke ibu kota telah ditepisnya dengan membuktikan telah diterbitkannya buku-buku dan karya sastranya. Gus sering memenangi lomba penulisan puisi dan prosa yang diadakan media cetak. Ia merupakan satu-satunya sastrawan Sumatra Barat yang hidup dan menghidupi diri dan keluarganya dengan cara menulis. Ia tidak mempunyai pekerjaan tetap selain bergulat sebagai seorang sastrawan yang mengandalkan pikiran dan kemampuan proses kreativitasnya dalam dunia tulis-menulis.