Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat
hingga akhir tahun 1970 dan di Haluan yang terbit kembali itu, Rusli bertemu dengan wartawan senior Syamsuddin Datuak Tuo dan Annas Loeboek. Pengalaman bekerja sebagai wartawan Haluan salah satunya yang berkesan bagi Rusli seperti yang ditulisnya dalam Jejak Langkah Wartawan Senior (2011:101—108) adalah ketika mendapat penugasan meliput berita-berita Pengadilan Negeri Padang, Asma Samik Ibrahim, S.H. yang ketika itu menjadi humas Pengadilan Negeri Padang selalu meladeni dengan telaten dan sering berkata: “Baca sajalah BAP-nya.”
Rusli Marzuki Saria mengasuh ruangan "Remaja Minggu Ini” yang khusus memuat tulisan para penulis muda, seperti cerpen, puisi, dan esai. Ia juga rrengasuh ruangan "Budaya Minggu Ini” yang memuat tulisan-tulisan yang Julus dalam kriteria sastra dan seni. Melalui kedua ruangan yang diasuhnya, Rusli memberikan kesempatan yang sangat baik bagi para penulis muda dan penulis yang sedang meniti karier mereka untuk lebih menekuni dunia kepengarangan. Rusli Marzuki Saria pernah memasuki lingkungan legislatif, yaitu ketika Golkar (Golongan Karya) tampil sebagai partai besar tanpa saingan pada masa Orde Baru sedang berkuasa. Rusli pun menggeluti dunia politik dengan menjadi pengurus Golkar pada tahun 1985—-1988 dan menjadi anggota DPRD Tingkat II Kotamadya Padang pada tahun 1986—1991. Dunia legislatif hanya disinggahi sejenak sebab dunia sesungguhnya, bagi Rusli, adalah dunia kepenyairan yang dijalani dengan penuh konsistensi.
Semenjak bergabung dengan Haluan pada tahun 1969, barulah pada bulan Juli 1999 Rusli pensiun setelah 30 tahun berkarier sebagai wartawan, Rusli Marzuki Saria pensiun dari Haluan dengan status sebagai Pemihk Saham Pendiri. Serih payah sebagai wartawan telah dipetiknya ketika PWI Sumbar pada tahun 1973 mengurus perumahan bagi anggotanya. Bersama istri yang dipanggil “Mama” oleh anak-anaknya, “Papa” Rusli Marzuki Saria dan keempat anaknya mendiami rumah yang berada di Jalan Bangka No. 13 Wisma Warta, Ulak Karang, Padang. Saat ini, beberapa orang anaknya sudah tinggal terpisah karena melakoni kehidupan bersama keluarga masing-masmg di kota Izin.
Kedua orang tua yang telah memiliki sepuluh orang cucu dan tetap rukun sampai hari tuanya itu menunaikan ibadah haji ke Mekah pada tahun 1997, H. Rusli Marzuki Saria adalah satu di antara sastrawan Sumatra Barat yang berhasil mematahkan mitos bahwa untuk menjadi sastrawan besar seseorang harus merantau ke ibu kota. Pada tanggal 26 Pebruari 2011 talu, “Papa” Rusli Marzuki Sarta geuap berusia 75 tahun.
9