Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat
Lembah biru
Yang rindu
//Di tubir ngarai yang curam/tumbuh enau dan bunga lala/seperti sangkutan baju yang setia/di rumah penganten baru// bercerita tentang kerinduan terhadap kedamaian dan keindahan suasana perdesaan yang asri. Di dalam kesusahan hidup di desa “di tubir ngarai yang curam”, ada keindahan “tumbuh enau dan bunga lala”, ada kesetiaan pula di sana “seperti sangkutan baju yang setia/di rumah pengantin baru.” Komparasi bait-bait puisi itu seperti dualisme pengembaraan jiwa Rusli Marzuki Saria yang hidup antara realita dan fantasi.
Pada zaman pemberontakan PRRI-Permesta, Rusli Marzuki Sarta mengalami sendiri semua akibat yang ditimbulkan oleh perang saudara
karena waktu itu ia ikut menjadi tentara pemberontak daerah yang berperang melawan tentara pusat. Penderitaan yang ditimbulkan oleh
perang terscbut menjadi rekaman dalam ingatan Rusli Marzuki Saria
yang dilahirkannya kembali melalui sajak-sajaknya yang bernada
kepiluan. Kumpulan Sajak Ada Ratap Ada Nyanyi yang bertuliskan angka tahun 1962 sampai tahun 1974 menyuarakan balada tentang ratapan rakyat Minangkabau yang sengsara dalam menyuarakan aspirasinya terbadap kepentingan daerahnya.
Di antara saja-sajak yang dituliskan Rusli Marzuki Saria dalam kumpulan Ada Ratap Adu Nyanyi itu adalah sajak “YBL”, “Lambaian
Tangan”, dan sajak “Perjalanan Jauh”. Sajak “YBL” bercerita tentang kemiskinan yang dialami sebagian besar masyarakat Minangkabau pada waktu itit, /Hidup pun selalu hadir/bersama kemiskinan dan lapar/kita
tolak muka kena tampar// (hait ke 2).
YBL
Cinta pun selalu hadir
bergama diri yang mencari dan lahir
dengan kebidupan membunga di tangan.
Hidup pun selalu
hadir
bersama kemiskinan dan lapar
kita totak muka kena tampar.
17