Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat
Kesederhanaan merupakan ciri khas puisi Rusli Marzuki Saria. Kesederhanaan itu tampak di dalam persoalan yang diungkapkan dan cara pengungkapan (struktur) puisi. Persoalan dalam puisi Rusli bertolak dari tema-tema sosial, sejarah, iman, keagamaan, rumah tangga, kampung halaman, kemiskinan, kesunyian, protes, dan sebagainya. Semua persoalan ini dalam porsi kecil, dengan gelora diam yang menggemuruh dalam batin, menyimbolkan keresahan diri sendiri. Rusli pada akhirnya kembali kepada perlambangan-perlambangan yang paling akrab dengan dirinya sendiri (Korrie Layun Rampan, 1977).
Dengan demikian, lewat puisi, penyair berusaha mengungkapkan persoalan dengan pengucapan diri dan perasaannya. Hal itu memberi gambaran bahwa puisi-puisi Rusli bersifat impresionisme dan kesan selintas terhadap berbagai persoalan kehidupan yang diungkapkan lewat curahan emosi dan perasaan.
Dalam mengungkapkan persoalan, Rusli tidak menampilkan struktur, susunan kata-kata, dan kalimat-kalimat yang sulit dipahami. Bagi Rusli, struktur bukanlah hal penting, isi adalah yang utama. Persoalannya adalah bagaimana setiap persoalan yang diungkapkan bisa lekas dipahami atau dimengerti pembaca. Ada kecenderungan, puisi-puisinya bersifat tematik yang mengutamakan tema, mengkesampingkan struktur.
Melihat kenyataan bahwa puisi-puisi Rusli selalu mengungkapkan persoalan-persoalan yang sederhana dan hanyut oleh perasaan, puisinya merupakan puisi lirik karena menampilkan struktur yang sederhana. Menurut Semi (1984:95), puisi lirik pendek mengekspresikan emosi (perasaan). Puisi lirik diartikan juga sebagai puisi yang dinyanyikan karena disusun secara sederhana dan mengungkapkan sesuatu yang sederhana pula. Dengan demikian, setiap puisi pendek cenderung digolongkan ke dalam puisi lirik.
Persoalan sederhana tentang kehidupan masyarakat desa dalam keadaan susah dan senang diungkapkan Rusli di dalamı "Ada Ratap Ada Nyanyi". Kesusahan hidup selalu disampaikan lewat ratapan pantun yang diiringi alunan sedih musik saluang di kedai-kedai kopi tua.
ADA RATAP ADA NYANYI (1962)
Di kedai-kedai kopi tua
Sepanjang jalanan kecil desa
Ada ratap ada nyanyi
33