Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/65

Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

Ketika kita berbicara pendidikan, Chairul pun mengenyamnya dengan baik dan sesuai dengan tingkatan lazimnya orang lain menempuh pendidikan. Pendidikan dasar pertama kali di tempuh oleh Chairul di Sekolah Rakyat, di desa Kuraitaji, Pariaman. Setelah tamat pendidikan dasar, Chairul melanjutkan pendidikan di salah satu sekolah menengah pertama yang ada di Pariaman. Ia menyelesaikan kedua pendidikan tersebut dengan baik. Pada tahun 195 7, Chairul meninggalkan kampung halamannya. Untuk pertama kalinya Chairul pergi merantau. Negeri yang ditujunya adalah Surakarta. Oleh karena itu, Chairul menempuh pendidikan sekolah menengah atas di sana, Jawa Tengah. Ia memilih Sekolah Pekerjaan Sosial Atas (SPSA). Di sekolah itu, salah satu temannya adalah mantan Mentri Penerangan Harmoko. Pada tahun 1960, Nama Chairul tercatat sebagai salah seorang mahasiswa di Universitas Ibnu Chaldun, Jakarta pada jurusan publisistik. Namun, pendidikan terakhir yang ditempuh Chairul itu tidak dirampungkannya.

Kuatnya keinginan untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang lain menyebabkan Chairul kembali “bersekolah”. Ia memutuskan Mengambil kursus sinematografi di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Ursus yang ditempuhnya dalam jangka waktu enam bulan tersebut tidak Nitimberinya gelar. Berbagai macam kemampuan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki Chairul, baik yang ditempuh secara formal maupun didapat Secara Otodidak, membuat dirinya memperoleh kesempatan pergi ke luar Negeri, Salah satunya adalah program IOWA (Internasional af Writing an academy) yang diikutinya selama tiga bulan. Tidak hanya itu, ia pun diundang ke berbagai negara untuk bertukar pikiran tentang knowledge dan Minangkabau culture. Negara yang telah dikunjungi Chairul, antara HAN, Jepang, Malaysia, Amerika Serikat, dan India.

Pada saat masih berstatus sebagai pelajar di Sekolah Pekerjaan Sosial Atas (SPSA) Negeri Surakarta, Jawa Tengah, Chairul mencoba “kerja sebagai pembantu bagi surat kabar Pedoman Minggu, untuk daerah Surakarta, yang terbit di Jakarta. Namun, karirnya mulai mencuat Pada saat Chairul menyelesaikan pendidikan setingkat sekolah lanjutan atas pada tahun 1960. Setelah itu karirnya dilanjutkan dengan menjadi Pegawai jawatan transmigrasi di Palu, Sulawesi Tengah dari tahun 1961 sampai dengan tahun 1963. Setelah beberapa saat, Chairul memutuskan menetap di Jakarta. Terakhir, ia berstatus sebagai wartawan di majalah Dewi, Jakarta. Selanjutnya, Chairul memutuskan hengkang dari ibu kota. Ia Melanjutkan karirnya sebagai wartawan harian Aman Makmur di

53