Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/70

Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

yang benar-benar tepat dan bermanfaat untuk masyarakat. Chairul menggunakan randai, teater tradisional Minangkabau, sebagai media untuk mendukung program pemerintah. Chairul mempersiapkan secara khusus sebuah cerita yang berjudul Baringin Gadang di Tangah Koto. Cerita ini merupakan cerita wajib yang dimainkan oleh tiga puluh kelompok randai dalam Festival Randai Pekan Budaya. Pada akhirnya program ini membuahkan hasil dengan adanya penghargaan Parasamya Purna Karya Nugraha dan Prajodjana dari Pemerintah Pusat selama tiga tahun berturut-turut untuk Pemerintah Daerah Sumatra Barat.

Berkesenian adalah dunia yang paling disukai Chairul. Ia pernah terlibat dalam pementasan drama Orang Kasar karya Anton Chekov. Sebuah legenda Minangkabau karya A. Chaniago yang berjudul Anggun Nan Tongga diperankan dengan baik oleh Chairul dan menurut pengamat kesenian, peran tersebut sangat fenomenal. Pada tahun 1969, Chairul juga pernah memerankan tokoh pendeta dalam Hanya Satu Kali karya John Galsworthy dan Robert Midlemeans.

Ide untuk menyelenggarakan pertemuan komunitas seniman pertama kali “disiarkan” oleh Chairul, Ide tersebut disambut hangat oleh para pegiat sastra. Pada akhirnya, perkemahan seniman pertama kali diselenggarakan di desa negeri asal Chairil Anwar, Taeh Baruah, Kabupaten 50 Kota. Setelah sukses pesta itu dilanjutkan lagi dengan nama Perkemahan Sastra di Desa Pariangan, sebuah negeri tertua di Minangkabau, selanjutnya Bonjol dan Talawi (tempat kelahiran Muhammad Yamin), serta Maninjau (negeri kelahiran Hamka). Namun demikian, menulis dan tetap menulis adalah semboyan hidup Chairul yang selatu menjadi panutan di sepanjang perjalanannya di dunia. Sampai akhrr hayatnya, Chairul Harun tetap menulis.

Novel Warisan merupakan karya monumental dari Chairul Harun. Novel itu mengisahkan kehidupan di hari tua dua orang bersaudara yang dilahirkan scbagai kaum bangsawan di Pariaman. Mereka adalah Bagindo Tahar dan Siti Bainar yang mempusakai gelar bangsawan dan harta pusaka dari leluhurnya. Mereka tinggal sekamar bertiga dengan putra Siti Bamar yang bernama Sidi Badaruddin dalam keadaan sama-sama Sakit.

Selarna sni, Bagindo Tahar diurus oleh istri mudanya yang bermama Murni, Siri Bainar diurus oleh suaminya yang bernama Tan Rudin (ayah tiri Sidi Badaruddin), dan Sidi Badaruddin diurus oleh istrinya yang bcinama Asah. Kecuali Muri, kedua orang itu hanya berpura-pura

58