Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/71

Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

Mengurusi kaum bangsawan itu karena sesungguhnya mereka semata-mata hanya menguras sisa harta kaum bangsawan itu. Sampai akhirnya kediaman kaum bangsawan itu didatangi putra sulung Bagindo Tahar yang bernama Rafilus.

Drs. Rafilus berniat membawa ayahnya untuk berobat dan pindah ke Jakarta, tetapi Bagindo Tahar malah meminta anaknya itu untuk mengurusi harta pusaka keluarganya. Rafilus menghadapi berbagai Persoalan yang memperlihatkan wataknya sebagai laki-laki yang cerdas, Sekaligus gaya hidupnya sebagai penganut pergaulan bebas. Ia menggauli Upik Denok, selingkuhan suami bibinya. Ia menggauli Farida, seorang Janda yang merupakan kemenakan orang suruhan ayahnya. Ia menggauli Maimunah, kemenakan ayahnya yang kemudian dinikahinya setelah Mengandung anak mereka. Ja mencumbui Arneti, gadis binal teman ecilnya dulu, lalu menikahi gadis yang sudah tidak perawan itu untuk Menutupi status Arneti yang “gadis bukan perawan”.

Setelah ayahnya wafat, Rafilus memanggil anggota kerabat ayahnya Untuk mengatur pembagian harta pusaka. Ternyata, harta pusaka yang Selama ini mereka tunggu-tunggu semuanya dalam status tergadai dengan nilai Yang sangat besar. Rafilus menilahkan semua orang yang merasa berhak agar mendapatkan harta itu, tentu saja dengan menebusnya. Tidak sorang pun yang berkehendak atas harta itu dengan syarat harus menebus itu, Akhirnya, semuanya pulang dengan tangan hampa. Warisan yang mereka incar-incar selama ini ternyata sudah tergadai semua.

Status kebangsawanan di kalangan masyarakat di daerah pesisir Minangkabau, khususnya di daerah Padang Pariaman, bukanlah hal yang Asing bagi Chairul Harun. Ayahnya adalah seorang Bagindo (Harun), sama halnya dengan tokoh rekaannya dalam Warisan, yakni Bagindo Tahar, Ta pasti tahu persis bagaimana istimewanya posisi Bagindo dan Sitti di tengah masyarakat, meskipun mereka hanya bangsawan yang Menuruti strata kebangsawan nomor dua setelah Sidi dan Puri. Bagaimana dengan posisi istimewa yang ditempati oleh para bangsawan nomor satu tersebut? Tentulah dapat dibayangkan betapa enaknya Menjadi bangsawan yang berdiri di atas orang-orang kebanyakan. telalui novel Warisan, Chairul Harun seperti mencibir terhadap praktik-Praktik kebangsawan yang masih dianut di zaman yang sudah jauh dari kolonialisme ini. Ia menciptakan kenelangsaan yang dialami oleh ketiga tokoh bangsawan tersebut, berikut sisa-sisa kesombongan yang masih tetap mereka pelihara dan kebanggaan kosong yang tidak lagi didukung oleh kenyataan.

59