Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/74

Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

Sumatra. Akibatnya, banyak di antara para pedagang itu yang bangkrut. Dalam situasi seperti itu, akhirnya orang tua Harris memutuskan pulang ke kampung halaman. Mereka sekeluarga pulang ke Kampung Koto Panjang di Kecamatan Koto Tangah. Sekarang daerah itu termasuk wilayah Kotamadya Padang, tetapi dulu merupakan bagian dari Kabupaten Padang Pariaman.

Pada tahun 1956, ketika berumur enam tahun, Harris kecil masuk sekolah. Harris bersekolah di SD Negeri Ikua Koto yang merupakan satu-satunya SD yang terdapat di kanagarian tersebut. Jumlah murid dalam satu kelas pun sangat sedikit, hanya 25 orang. Pada tahun 1958 ketika Harris kelas 11 SD, perang PRRI pun terjadi. Perang tersebut antara Pemerintahan Republik Revolusioner Indonesia (PRRI) di bawah kepemimpinan Syafruddin Prawiranegara melawan pemerintahan RI yang dipimpin Soekarno. Perang yang terjadi akibat terpusatnya pembangunan hanya di Pulau Jawa itu menjadikan daerah Padang dan sekitarnya menjadi basis pertempuran. Harris yang merupakan anak kedelapan dari 11 bersaudara dari pasangan Thahar Umar dan Nurijah Rasyad ini bersama orang tua serta saudara-saudaranya mengungsi ke daerah perbukitan yang dianggap aman, yaitu ke daerah Tanjung Aur, Koto Tangah, Padang.

Pada waktu itu, setiap laki-laki di daerah tersebut yang dianggap masih produktif atau yang tidak bekerja tetap, seperti petani ataupun yang lainnya termasuk orang tua Harris, terancam dicurigai oleh pihak TNI dari pemerintah pusat. Keadaan itu menyebabkan ayah Harris berangkat ke Jakarta secara diam-diam dan susah payah. Ja meninggalkan Harris sekeluarga di kampung dalam suasana perang. Di Jakarta, ayah Harris bertemu kembali dengan teman-teman semasa sekolah di Tawalib Padangpanjang. Beliau adalah siswa Tawalib yang melanjutkan pendidikan ke Narmalic Islamic School di Padang, seangkatan dan pernah satu kelas dengan Hamka. Ketika bertemu dengan teman-temannya itu, mereka menanyakan ke mana saja Thahar Umar selama ini. Setelah berbicara panjang lebar, teman itu kemudian menawarkannya untuk menjadi pegawai negeri sipil di departemen agama. Tawaran tersebut diterima oleh ayah Harris dan waktu itu ijazah bisa diturunkan umurnya dengan surai keterangan dan segala macam persyaratan lainnya. Akhirnya. selama dua tahun menghilang, orang tua Harris resmi menjadi pegawai negeri sipil pada umur 40 tahun lebih dan langsung ditugaskan di Kabupaten Solok. Pada tahun 1960, Harris sekeluarga pindah dari

62