Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/84

Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

sebagai penanggung jawab SKK Ganto pada tahun 1998. Ketika Singgalang menjadi surat kabar harian, mereka membutuhkan banyak wartawan. Kesempatan itu tidak disia-siakan Harris. Ia melamar menjadi wartawan di Singgalang pada tahun 1986 dan bekerja di sana selama dua tahun. Ketika itu banyak seniman yang menjadi wartawan, seperti, di antaranya, Abrar Yusra, Hamid Jabar, dan Wisran Hadi. Di samping menjadi reporter, Harris diminta membantu di divisi penerbitan buku yang diketuai oleh A.A. Navis. Buku pertama yang terbit waktu itu adalah Padang Kota Tercinta. Buku tersebut berisi tentang akhir masa jabatan Hasan Basri Durin sebagai Walikota Padang. Selain itu, banyak lagi buku lain yang diterbitkan.

Setelah Harris menjadi pegawai negeri, ia tidak mungkin menjadi wartawan tetap di Singgalang. Selain itu, ia juga diberhentikan menjadi wartawan Singgalang berdasarkan SK yang dikeluarkan oleh Yusfik Helmi karena surat kabar tersebut dibekukan sementara. Beberapa tahun kemudian, muncul koran mingguan Canang sebagai pecahan dari Singgalang. Di Canang inilah (1986—2003) Harris kembali bekerja sebagai wartawan sekaligus menjadi pemimpin redaksi tanpa terikat dengan statusnya sebagai pegawai negeri.

Ada hal yang menarik (dan rasanya agak lucu) di fakultas teknik itu, Harris diwajibkan menyelesaikan tugas menggambar dan mendisain, tetapi dosennya jarang mengajar (baca: sering tidak masuk) sehingga mahasiswa teknik itu sangat lama tamatnya. Sementara itu, di fakultas pendidikan bahasa dan sastra (FPBS), mahasiswanya sangat aktif. Hampir di setiap semester, mereka mengadakan diskusi sastra dan pementasan drama/teater. Akhirnya, Harris ikut bergabung dengan mereka. Lucunya, pemenang dari setiap lomba pementasan teater tersebut adalah mahasiswa teknik, yakni Harris Effendi Thahar dan Makmur Hendrik. Begitu juga kalau ada diskusi-diskusi sastra, mereka selalu mengikutkan Harris dan Makmur. Harris, misalnya, sering diminta membuat makalah dalam diskusi sastra tersebut, Ketika Harris membuat cerita bersambung, seperti novel yang dimuat di Haluan, mahasiswa FPBS menjadikannya topik diskusi.

Ada cerita lain tentang karya Harris. Suatu ketika ia dituding oleh scarang dosen, Ybu Syahrmar Udin yang waktu itu beliau masih asisten di FBSS. Dosen ilu beranggapan bahwa Harris adalah “pengarang pomo”, Hal itu terjadi ketika Harris menulis novel berjudul Setelah Impian Berlalu. Ia terinspirasi menulis novel tersebut dari kisah

72