Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/100

Halaman ini tervalidasi

bergidik. Beruntung kamarnya memiliki penghangat ruangan.

Malam yang cerah di Frankfurt tidak membuat Siey tertarik. Selesai makan dan mandi, ia langsung mengenakan piyama dan duduk di ranjangnya. Tatapan kosong dengan ekspresi datar. Pikirannya kembali melayang.

Malam terang, ia benci malam terang berbintang seperti ini. Matanya mulai memanas. Jika kesedihan bisa dihitung, ia seperti punya banyak butir kesedihan dibanding manusia-manusia lainnya. Bahkan ia sempat berpikir untuk berubah menjadi robot android yang tidak perlu pusing dengan perasaan. Sejak dua minggu lalu, setiap harinya ia pasti menangis, minimal sekali dalam sehari.

Siey membaringkan tubuhnya di ranjang. Pikirannya kembali membawanya ke masa lalu. Ia teringat ibunya. Kenangan demi kenangan kembali terputar, dalam bentuk penggalan ataupun sebuah kesatuan yang urut.

Kepalanya sakit, otaknya mengugap. Mengingatkannya pada seorang pria yang ingin ia temui di Frankfurt ini. Semakin ia menangis, semakin kepalanya berdenyut. Tapi, Siey memilih untuk tidur.

Westend-Nord Street

June, 27 - 2011, 09.00 AM CET

Cuaca yang bagus pagi ini di Frankfurt. Siey sudah siap dengan semuanya. Ia akan langsung bepergian. Hanya dengan modal tekad, ia akan mencari pria itu. Ia pikir jika menemukannya lebih cepat, itu lebih baik dan masalah ini selesai. Tidak ada lagi yang harus ditangisinya saat berada di rumah sendirian, saat ia lelah pulang dari kuliahnya.

Ia sedang bersama Hye-ra sekarang. Ini musim dingin, dan Hye-ra masih harus hadir di kampusnya dalam suhu yang hampir minus sepuluh derajat. Dan Siey menawarkan diri untuk ikut dan menemani Hye-ra, setidaknya sampai mereka tiba gerbang kampus.

88