Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/107

Halaman ini tervalidasi

"Aku sengaja mengikuti kalian malam itu. Paman sudah berniat untuk membunuh bunda dan aku tahu. Tapi dia memergokiku. Dia mengancam akan membunuhmu kalau aku tidak mengikuti keinginannya. Aku tidak tahu harus apa, dengan terpaksa aku turuti. Aku tidak mungkin mempertaruhkan nyawamu dan bunda, Siey. Dia menggunakan badanku. Dari balik badanku, Paman mengarahkan ujung pistol itu. Tapi ia mengarahkannya padamu. Saat ia akan menembak, aku menepis tangannya dan peluru itu," pria itu tak berani melanjutkan, namun Siey tahu apa yang terjadi dan kemana peluru itu akhirnya mengarah. Siey menahan nafas. Ia tak berani bernafas. Bagaimana bisa orang seperti paman, yang ia kenal sebagai pria tua dengan senyum khas manula yang ramah melakukan hal seperti itu. Ajaib, Siey sekarang sudah sepenuhnya mempercayai pria yang ia anggap pembunuh sebelumnya.

"Paman adalah sepupu ayah. Bukan sepupu dekat. Namun tidak ada yang tahu itu. Hanya aku yang tahu, aku sendiri yang mencari tahu. Karena itu ia berusaha menyingkirkan ku. Paman pernah mengaku bahwa dulu, kakek mengadopsinya dari orang tua kandungnya. Mereka hidup susah, wajar saja orang tua paman tidak keberatan, walau mereka sangat menyayangi anak tunggalnya. Dan kakek baik sekali mau merawat paman. Namun seiring berjalannya waktu, perlakuan kakek sangat berbeda. Kakek seolah-olah membedakan ayah dan paman. Bahkan sampai mereka dewasa. Namun ayah, dengan segala sifat dermawannya, hanya mengalah. Sampai akhirnya paman meminta untuk tinggal bersama ayah dan merahasiakan identitasnya. Ayah menuruti. Dan ternyata ia mulai balas dendam. Aku takut Kau yang diincarnya, Siey. Setelah kakek tiada, semua warisan jatuh ke tangan ayah dan semuanya ada atas nama Kau dan aku. Ia ingin menguasai semua milik ayah."

95