Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/115

Halaman ini tervalidasi

"Kata mereka pesta anak muda, Bunda."

"Wah, kalau begitu lebih baik kamu ikut pengajian saja, kan lebih jelas tujuannya. Apalagi dengan Ustad Ahmad, pasti banyak selorohnya yang terbaru, iya kan?" Ujar Bunda dengan sedikit senyum.

"Apalagi tempatnya cukup jauh, nanti pulangnya kelewatan malam. Bunda tidak suka anak perempuan Bunda keluyuran malam," tambahnya lagi.

Meskipun demikian, kebingungan masih menghantui Indah. Jikalau pergi ke Masjid apa alasan yang tepat untuk disampaikannya kepada Linda dan Rina. Tapi kalau pergi ke acara pesta, rugi rasanya meninggalkan selorohnya yang mendidik itu. Setelah mencuci kentang-kentang itu Indah pergi ke kamarnya. Dilihatnya jam dinding menunjukkan pukul setengah tujuh tepat. Segera ia berwudhuk dan mendirikan salat magrib.

Trililit...trililit....

Belum sempat Indah melakukan takbir, handphone-nya kembali berdering. Indah tidak menghiraukannya, ia melanjutkan salatnya dengat sangat khusyuk, bahkan gaduh sedikit pun tidak menggoyahkan keseriusannya.

Selesai salat magrib, Indah mengambil handphone yang berada di kasurnya. Rupanya sms dari Linda.

'Indah, sebentar lagi kami ke rumah kamu ya. Kita langsung berangkat, oke!'

Indah bingung bukan kepalang. Terbesit di pikirannya untuk segera mengenakan gaun yang bagus.

"Sekali-sekali tidak ada salahnya aku ikut pesta yang demikian," batinnya.

Segera ia membongkar isi lemari pakaiannya dan mencari gaun yang paling cocok dikenakannya. Kemudian setelah mengganti pakaian, tidak lupa ia memakai jilbab hijau muda dengan sebuah bros bermotif bunga di samping kiri jilbabnya. Merasa dirinya sudah sangat elok, Indah menemui Bunda yang masih sibuk mengurus dapur yang

103