Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/125

Halaman ini tervalidasi

mama dan papa bahwa ini bukan pelarian bagiku dan aku telah merelakan Sam untuk mbakku, Ghina. Lebih kurang seminggu sebelum pernikahan mereka, aku berangkat ke Australia. Meski sebenarnya hatiku belum seutuhnya membenarkan setiap ucapanku.

***

Seiring berjalannya waktu, berkat salat tahajudku tiap malam, konflik batin yang sebelumnya cukup menggangguku. Doaku sebelum berangkat dulu terkabulkan lewat beasiswaku ini. Namun walau begitu, sesekali aku masih terbayang akan Sam, yang sekarang sudah menjadi kakak iparku. Tapi bayangan itu tak lagi seperti seperti dulu, yang hadir adalah karena dia sahabatku. Aku tersenyum memikirkan hal itu. Sam adalah salah satu sahabatku, aku sadar, akan tetah jatuh cinta padanya. Dia adalah orang pertama yang menggugah hatiku setelah cinta monyet masa remajaku yang datang sekilas.

Aku tahu dari beberapa buku yang kubaca yang mengaitkan dengan hadis-badis yang membahas hubunganku dengan Sam, bahwa di dalam Islam, persahabatan antara laki-laki dan perempuan itu tidak ada. Namun aku tetap memungkirinya bahkan pernah menyatakan ketidaksetujuanku pada diskusi forum remaja di kampus dulu. Aku menyangkat dengan alasan, selagi bisa jaga diri, jaga hati, persahabatan itu tak apa. Hal itu mengingat diriku yang terbiasa bergaul dengan teman laki-laki dari kecil. Bahkan bila dipikir-pikir, mungkin aku lebih dekat dengan teman laki-lakiku dibanding dengan teman-teman perempuan. Tapi untung, aku dididik dengan ajaran Islam walau tidak sampai dimasukkan ke pesantren.

Selama ini aku tak menyadari kebenaran yang dibicarakan dalam forum sudah terbukti padaku. Sebelum bertemu Sam, mungkin aku bisa menjaga hatiku di antara

113