Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/135

Halaman ini tervalidasi

tangan Saogo lalu ia duduk bersila. Kayu itu diletakkannya di atas kedua pahanya, lalu berkata, “Seperti ini menggunakannya.” Sababalat berakting seperti orang menulis. Ia menjepitkan angin dengan jempol dan telunjuk lalu diliuk-liukkannya di atas papan.

“Wah, meja belajar!” seru Pitoha. Ia duduk bersita di samping Sababalat dan memindahkan kayu itu ke atas pahanya. Ia pun berakting seperti orang menulis. “Ini meja belajar terunik yang pernah saya lihat, Bajak! Di rumah saya juga punya meja belajar. Ada gambar mickey mouse di atasnya. Tapi memakainya tak senyaman meja ini,” terang Pitoha. Ia tersenyum-senyum. Lalu bertanya lagi, “Bajak beri apa papan ini sehingga nyaman sekali digunakan?”

Sebelum Sababalat menjawab pertanyaannya, Pitoha membalikkan ‘meja belajar’ itu. Sekarang dia paham. Selain kayu itu diraut dengan amat sangat halus, bagian bawahnya dilampisi benen, seperti karet benen yang disewakan orang-orang di tepi pantai pada pengujung yang tak pandai berenang. Karet itu yang membuat ‘meja belajar’ tetap konsisten di atas paha, tidak ikut bergerak jika sedang menulis di atasnya.

Saogo memeluk ayahnya. Meski ia sendiri belum mencoba ‘meja belajar’ itu, tapi ia percaya pada perkataan Pitoha bahwa meja itu nyaman. Sababalat menyambut pagutan Saogo. “Kemarin ukui melihatmu belajar di teras atas. Punggungmu pasti sakit saat menulis karena menangkup-nangkup. Makanya ukui ingin membelikanmu sebuah meja belajar.

Tapi akhir-akhir ini ikan tak banyak Ukui dapatkan. Jadi, Ukui tak punya uang banyak untuk membelikannya. Untunglah kemarin Bajak Sikarebeu yang punya sewa benen di tepi pantai itu, meminta ukui untuk membantunya membuat perahu. Padanya ukui minta sisa kayu itu pembuatan kapal itu. Ketika ia bertanya untuk apa, maka ukui jelaskan semua padanya. Dengan senang hati ia

123