Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/146

Halaman ini tervalidasi

bagaikan air yang mengalir.

"Kamu anak kandungnya Pak Bidin?" Tanyaku mengalihkan topik pembicaraan.

"Bukan, Pak Bidin itu sepupu ayah, jadi aku bukan anak kandungnya."

Aku hanya mengangguk saja.

"Itu buku apa Mal?" tanyaku sambil menunjuk buku yang sedang dipegang Kemal.

"Oh, ini buku keajaiban rezki, Pen. Mantap isinya. Kalau Kau pinjam, aku pinjamkan."

"Aku tidak suka membaca, Mal."

"Bagaimana kalau kubacakan saja isinya, kamu pasti tertarik," katanya.

"Oke, ceritakan semuanya, Mal," pintaku padanya.

"Baiklah, aku mulai dari mana ya?"

"Mana kutahu, tapi kau bilang sudah banyak membaca isinya."

"Begini, kamu tahu apa itu rezeki? Rezeki adalah hal yang bisa dimanfaatkan atau potensi yang bisa kita gunakan, termasuk di dalamnya rezki haram. Nah rezki haram inilah yang jadi sorotan utama dalam buku ini. Sebelumnya aku mau nanya sama kamu Pen, apakah yang menyebabkan doa kita ditolak?"

"Karena kita tidak meminta dengan khusyuk," jawabku.

"Benar juga, tapi ada faktor lain yang menyebabkan doa kita tertolak, semua ibadah kita tidak diterima, amal kita jadi sia-sia, akhirnya masuk neraka."

"Maksudmu apa, Mal?" Tanyaku penuh curiga.

"Harta haram," jawabnya pendek.

"Kau mau menyindirku lagi, Mal? Sudah cukup Kau menghinaku. Sekarang jangan Kau singgung lagi luka lama yang hampir sembuh ini."

"Pen, sebagai manusia kita harus selalu menasihati, kebanyakan manusia hobi menasihati orang, tapi jarang di antaranya yang mau dinasihati.

134