Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/148

Halaman ini tervalidasi

"Tapi kau tetap pencuri," bisik katak gemuk padaku.

"Benarkah?" Tanyaku lagi.

"Apa masih kurang jelas," sahutnya lagi.

Aku terpekur di dekat saringan air besar, semua orang mengatakan kalau aku pencuri. Ah aku baru mengakui kesalahanku sekarang, lebih baik aku mengatakan hal ini pada ibu lagi, agar perasaanku jadi tenang.

***

"Pen, bapak berharap padamu, kamu bisa mengarahkan ibumu sedikit-sedikit tentang agama, dan itu tidak terlalu sulit bagi Kau, karena akhir-akhir ini ibumu juga rajin pergi wirid ke surau. Bapak merasa agak aneh melihat ibumu setiap pagi pergi ke ladang orang mencari pinang."

"Iya Pak, saya akan berusaha," kataku.

"Pen, sebelumnya bapak minta maaf padamu, mungkin telah banyak yang menyinggung perasaanmu."

"Ah, bapak salah apa? Kurasa bapak tidak pernah menyinggungku."

"Yang menyuruh Kemal menasihatimu adalah bapak sendiri, sayangnya Kemal kurang mampu mengarahkanmu, mungkin ia terlalu keras dan kurang lihai berkata-kata."

"Iya Pak, saya sudah paham sekarang.'

"Sekali lagi bapak minta maaf Nak, karena bapak tidak bisa memberikan apa apa padamu," ucap Pak Bidin sambil menitikkan air matanya.

Melihat Pak Bidin menangis akupun berusaha juga untuk menangis, tapi air mataku tak mau keluar seakan-akan air itu sudah kering, namun perasaanku tetap haru. Aku juga merasa bersalah karena telah banyak berburuk sangka padanya, tapi kumerasa malu mengatakannya.

***

136