Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/152

Halaman ini tervalidasi

kilometer dari rumahnya. Jarak yang cukup jauh bila harus ditempuh dengan berjalan kaki. Tetapi itulah perjuangan, Perjuangan yang akan terus dia lakukan dalam menggapai masa dapan. Hanya dengan satu harapan yaitu dapat mengubah nasib dan membahagiakan hati orang tua di suatu saat nanti.

Kampung Rina terletak di lereng Gunung Merapi. Sebuah kampung yang terisolir dan masih belum banyak tersentuh oleh moderenisasi dan kemajuan zaman. Bahkan untuk transportasi saja masih sangat sulit. Kalaupun ada itu hanya dua kali seminggu yaitu pada hari Selasa dan Kamis. Itu pun harus berebutan dengan para petani yang harus membawa hasil panen mereka ke pasar. Menaiki mobil bak terbuka secara bersama-sama bercampur baur dengan hasil panen yang dibawa para petani membuat bau pakaian dan aroma badan kita harus rela menjadi berbaur dengan aroma daun bawang, saledri atau yang lainya.

Tidak jarang Rina menjadi minder dan takut menjadi olok-olokan teman karena aroma yang melekat pada seragam sekolah yang dipakainya. Pernah suatu kali ada siswa yang usil dan menyolot Rina dengan mengatakan, "Oh..., wanginya parfum ini. Aroma saledri alami," kontan saja celotehan itu membuat muka Rina panas dan memerah.

Sejak saat itu Rina lebih memilih berjalan kaki ke sekolah dari pada harus menumpang dengan kendaraan pembawa hasil panen. Walaupun jauh dan melelahkan tetapi itu sudah menjadi tekadnya. "Semangat! Aku yakin bisa jadi orang sukses." Kalimat itulah yang selalu dia serukan berulang-ulang setiap hari sebelum berangkat dari rumah. Ternyata benar seruan itu terasa memberi energi positif bagi dirinya sehingga membuat dia selalu bersemangat menjalani hari-harinya. Tanpa harus mengeluh lelah atas penat yang dirasakanya.

Sebenarnya Rina bukan satu-satunya remaja yang bersekolah di kampungnya. Masih ada beberapa anak

140